Bisnis.com, BANDUNG - Ketua Tim Kampanye Daerah (TKD) Jokowi-Ma’ruf Amin Jawa Barat Dedi Mulyadi menanggapi pernyataan Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi yang mengklaim pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandi saat ini unggul di Pulau Jawa termasuk Jawa Barat (Jabar) menurut hasil survei internal.
“Kalau sudah menjadi daerah kekuasaanya, untuk apa ada yang melakukan kampanye datang ke rumah bilang nanti kalau Jokowi terpilih enggak ada yang azan lagi, enggak boleh pakai kerudung. Perempuan kawin sama perempuan, lelaki kawin sama lelaki. Kalau masih ada orang yang berkampanye seperti itu, berarti belum terkuasai,” kata Dedi di Bandung, Selasa (26/2/2019).
Dedi menilai, pernyataan tersebut tidak relevan lantaran masih banyak kampanye hitam yang justru menyerang pasangan capres cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma’ruf Amin.
Menurut dia, kampanye hitam ditujukan kepada pasangan yang unggul.
“Kan logikanya sederhana. Kalau sudah terkuasai ngapain ada yang kampanye seperti itu,” ujar Dedi.
Terkait beredarnya video kampanye hitam kepada pasangan Jokowi- Ma’ruf Amin yang diduga dilakukan oleh beberapa orang warga Karawang, Dedi mengatakan hal tersebut dapat dikatakan sebagai tindak kriminal.
“Itu tindakan kriminal, bukan persoalan hanya pidana pemilu, tapi saya lebih menyoroti bahwa itu tindakan kriminal. Tindakan kriminal itu lahir dari sebuah pemikiran ideologis. Pemikiran ideologis ini lahir karena sentimen dan konten yang disebarkan saat ini adalah konten agama. Larangan azan, KGBT dan larangan berjilbab,” ungkap Dedi.
Dedi pun mengaku heran, jika ada ibu-ibu alias emak-emak yang tega melakukan kampanye hitam tersebut.
“Tergantung emak-emaknya, kalau emak-emak yang berkomunikasi dengan saya kan emak-emak yang bahagia. Emak-emak yang rileks. Coba lihat video saya. Ini kan emak-emak yang terdoktrin ideologis. Saya jarang komunikasi dengan emak-emak yang terdoktrin ideologis, karena meraka enggak senang nonton wayang dan hiburan. Jadi itu emak-emak kurang nonton kesenian,” tandas Dedi.