Kabar24.com, JAKARTA — Semasa konflik Aceh dulu, Kabupaten Aceh Utara, Kabupaten Aceh Timur, dan Kabupaten Bireuen merupakan daerah basis Gerakan Aceh Merdeka atau GAM.
Setelah para pentolan GAM mendirikan Partai Aceh, tiga daerah itu menjadi penyumbang suara terbesar untuk partai politik lokal tersebut di Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA). Pemilu 2009 dan 2014 menghantarkan Partai Aceh menguasai DPRA, mengungguli parpol-parpol nasional yang lebih dulu eksis.
Meski demikian, DPRA rupanya bukan idaman terakhir politisi Partai Aceh. Mereka juga ingin berkarier di tingkat nasional dengan menduduki kursi empuk DPR RI.
Mengingat parpol lokal tidak boleh mengikuti pemilu legislatif untuk DPR RI, satu-satunya cara adalah beraliansi dengan parpol nasional.
Praktik itu terbukti berhasil pada Pileg 2014 ketika dua kader Partai Aceh, Fadhullah dan Khaidir Abdurrahman, masuk ke Senayan lewat Partai Gerindra. Berkat aliansi dengan Partai Aceh pula Gerindra berhasil menjadi peraih suara terbanyak di Provinsi Aceh untuk kursi DPR RI.
Karena itu, di Daerah Pemilihan Aceh II yang mencakup Aceh Utara, Aceh Timur, Bireuen dan lima kabupaten/kota lainnya terdapat beberapa politisi Partai Aceh. Tidak hanya Gerindra, parpol pesaing juga menampung sejumlah jagoan Partai Aceh.
Bekas Ketua DPRA Muharuddin, misalnya, maju menggunakan kendaraan Partai Nasdem. Rekannya, Azhari Cage memilih Partai Bulan Bintang.
Namun, tidak mudah bagi mereka untuk melenggang ke Senayan karena akan menghadapi petahana dan sejumlah politisi beken lain. Minus Khaidir, lima anggota DPR RI periode 2014-2019 kembali maju dari Dapil Aceh II.
Sebagai tambahan, politisi Partai Keadilan Sejahtera Muhammad Nasir Djamil juga bertarung di Dapil Aceh II, pindah dari Dapil Aceh I.
Enam Petahana di Dapil Aceh II
- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan: Tagore Abubakar
- Partai Golkar: Firmandez
- Partai Gerindra: Khaidir Abdurrahman
- Partai Demokrat: Muslim
- Partai Nasdem: Zulfan Lindan
- Partai Persatuan Pembangunan: Anwar Idris