Bisnis.com, JAKARTA -- Ford Motor Co akan menutup pabrik tertuanya di Brasil dan keluar dari bisnis truk komersialnya yang berat di Amerika Selatan.
Pabrik Ford yang akan ditutup berada di Sao Bernardo do Campo, pinggiran kota industri Sao Paulo yang telah beroperasi sejak 1967. Pabrik tersebut pertama kali memproduksi sejumlah model mobil sebelum akhirnya beralih ke truk pada tahun 2001.
Dengan penutupan pabrik tersebut, Ford diperkirakan kembali memfokuskan diri pada inti dari bisnis mobilnya di ekonomi terbesar Amerika Latin, melihat adanya pabrik baru Ford di bagian timur Bahia.
Berdasarkan berita yang dilansir Reuters, Rabu (20/2/2019), penutupan tersebut akan memangkas lebih dari 2.700 pekerjaan. Adapun langkah tersebut diambil sebagai bagian dari restrukturisasi perusahaan untuk mengakhiri kerugian di seluruh dunia.
Namun, pemutusan hubungan kerja di pusat industri Brasil mencerminkan pukulan psikologis bagi pemerintahan baru Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro, yang berjuang melawan tingkat pengangguran di atas 11%. Penutupan tersebut juga menjadi pukulan bagi pinggiran industri Sao Paulo, tempat industri otomotif Brasil lahir dan yang telah lama mendorong pertumbuhan industrinya.
Serikat pekerja di Sao Bernardo tidak memiliki komentar langsung. Namun Walikota Sao Bernardo Orlando Morando mengungkapkan kekecewaannya dan mengatakan bahwa Ford tidak memberi peringatan dan gagal membahas penutupan dengan para pekerja.
“Sebanyak 2.800 keluarga akan terkena dampak langsung dan 2.000 lainnya terkena dampak tidak langsung. Ini adalah tindakan pengecut, "kata Morando dalam sebuah pernyataan seperti dikutip Reuters, Rabu (20/2/2019).
Sementara itu, juru bicara Ford menolak untuk memberikan angka yang tepat untuk pengurangan pekerjaan tetapi mengakui akan ada dampak yang signifikan. Namun dia mengatakan perusahaan akan bekerja dengan serikat pekerja dan pihak-pihak lain yang terkena dampak pada langkah selanjutnya.
Presiden Ford Amerika Selatan Lyle Watters juga mengatakan bahwa Ford tetap berkomitmen terhadap Amerika Selatan, meskipun pada saat ini wilayah tersebut tidak memberi keuntungan bisnis.
Adapun, pemangkasan terbaru dari Ford terjadi saat investor melihat adanya tanda-tanda kemajuan dari perusahaan aliansi perseroan dengan Volkswagen AG, yang tengah mengembangkan van komersial dan truk pikap dan berpotensi mengembangkan mobil listrik dan mobil self-driving.
Kedua pembuat mobil itu juga telah berjanji untuk bekerja sama dalam proyek-proyek lain, yang dapat mencakup menggabungkan kapasitas di kawasan seperti Amerika Selatan.
"Anda tidak dapat memangkas biaya untuk mencapai kemakmuran dalam jangka panjang. Kami ingin mendengar tentang masa depan, apa yang Anda lakukan untuk layanan mobilitas dan kendaraan otonom," ujar David Kudla, yang mengepalai Mainstay Capital Management yang berpusat di Michigan, sebuah perusahaan yang sebelumnya memiliki saham Ford.
Sebelumnya, manajemen Ford mengatakan bahwa reorganisasi global yang berdampak pada ribuan pekerjaan dan kemungkinan penutupan pabrik di Eropa, akan menghasilkan tambahan dana US$ 11 miliar. Merujuk pernyataan tersebut, sejumlah analis dan investor memperkirakan restrukturisasi yang sama di Amerika Selatan.
Chief Executive Ford Jim Hackett pada bulan lalu juga menyatakan bahwa investor tidak perlu menunggu lama untuk rencana reorganisasi di Amerika Selatan.