Bisnis.com, JAKARTA - Pencalonan Putri Ubolratana Rajakanya Sirivadhana Barnavadi, kakak tertua dari Raja Thailand Maha Vajiralongkorn sebagai, untuk menjadi perdana menteri dalam pemilihan umum Maret mendatang mengejutkan banyak pihak.
Bukanlah suatu hal yang umum bagi anggota keluarga kerajaan Thailand terjun ke dunia politik negeri Gajah Putih itu.
Selain statusnya sebagai anggota kerajaan, Putri Ubolrotana pun disoroti karena diusung oleh Partai Thai Raksa Chart. Pasalnya, partai tersebut adalah partai besutan loyalis mantan perdana menteri Thaksin Sinawatra.
Partai itu memegang kepemimpinan dalam Front Persatuan untuk Demokrasi Melawan Kediktatoran (UDD), atau kelompok "baju merah" yang telah lama terlibat perselisihan dengan junta militer.
"Ini adalah perkembangan fundamental yang akan membentuk kontur dan dinamika politik Thailand sebelum dan sesudah pemilu. Thai Raksa Chart adalah pesaing utama sekarang," kata Thitinan Pongsudhirak, analis politik di Universitas Chulalongkorn kepada Reuters pada Jumat (8/2/2019).
Ketika menjabat sebagai perdana menteri, Thaksin Shinawatra kerap dituding sebagai pembangkang monarki. Hal ini memperumit konflik berkepanjangan antara elit kerajaaan di Bangkok dan pendukung Thaksin yang berasal dari daerah pinggiran.
Baca Juga
Konflik ini pun berlanjut dan berbuntut pada penggulingan adik Thaksin, Perdana Menteri Yingluck Shinawatra, pada 2014. Kudeta itu dipimpin oleh koalisi militer yang dipimpin oleh Prayut Chan-o-cha, perdana menteri Thailand saat ini.
Tidak jelas apakah pencalonan Putri Ubolratana mendapat restu dari Raja Vajiralongkorn. Para pengamat pun dibuat menerka-nerka apakah pencalonan sang putri merupakan upaya untuk menyatukan perselisihan yang ada atau justru langkah pertaruhan yang diambil loyalis Thaksin untuk melemahkan daya tarik kalangan kerajaan.
"Asumsi dan skenario sebelumnya harus dipertimbangkan kembali," kata Thitinan. “Jika langkah ini berjalan dengan baik, ia akan membantu proses rekonsiliasi dan persatuan. Jika tak berjalan dengan baik, hal ini justru menimbulkan risiko yang mengkhawatirkan dan lebih besar untuk masa depan politik Thailand."
Jika lolos kualifikasi, Putri Ubolratana bakal berhadapan dengan Perdana Menteri Prayut yang juga mengumumkan pencalonannya.
Putri Ubolratana lulus dari Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat dengan gelar sarjana sains dalam ilmu matematika. Ia kemudian menyelesaikan gelar pascasarjana di bidang kesehatan masyarakat di Universitas California di Los Angeles, AS.
Pada 1972, sang putri menyerahkan gelar kerajaannya setelah menikahi seorang pria biasa asal AS, Peter Ladd Jensen.
Pasangan ini dikaruniai dua anak, Ploypailin Jensen dan Sirikitiya Jensen; anak ketiga, Bhumi Jensen, meninggal setelah menjadi korban tsunami Samudra Hindia 2004. Mereka tinggal bersama di AS sampai 1998 ketika Putri Ubolratana menceraikan Jensen dan pada 2001 pindah ke Thailand.