Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan pekerjaan di Amerika Serikat melonjak pada Januari 2019, mencapai level tertinggi 11 bulan. Namun, tingkat pengangguran juga melompat ke level tertinggi 7 bulan.
Data tenaga kerja menunjukkan kekuatan yang mendasari perekonomian. Kurang apiknya hasil tenaga kerja Federal Reserve khawatir tentang kenaikan suku bunga lebih banyak tahun ini.
Departemen Tenaga Kerja AS pada Jumat (1/2/2019) waktu setempat melaporkan, laporan ketenagakerjaan bulanan menunjukkan tidak ada dampak pada pertumbuhan pekerjaan dari penutupan sebagian pemerintah selama 35 hari.
Tetapi penutupan terpanjang dalam sejarah, yang berakhir seminggu yang lalu, mendorong tingkat pengangguran ke tertinggi 7 bulan, yakni 4%. Laporan itu muncul dua hari setelah The Fed mengisyaratkan adanya kenaikan suku bunga tiga kali tahun ini.
Namun, harapan kenaikan suku bunga mungkin berakhir karena meningkatnya tantangan ekonomi, termasuk volatilitas pasar keuangan dan pelemahan pertumbuhan global.
Laju perekrutan yang cepat menunjukkan momentum yang masih kuat dalam ekonomi, sebuah tema yang juga digarisbawahi oleh laporan terpisah yang menunjukkan peningkatan dalam aktivitas manufaktur pada Januari. Namun, kenaikan upah melambat, menunjukkan inflasi yang jinak.
"Prospek The Fed mengerek suku bunga kian mengecil setelah rilis data pekerjaan ini,” kata Chris Rupkey, kepala ekonom di MUFG di New York.
Data tenaga kerja nonpertanian atau Nonfarm payrolls (NFP) melonjak 304.000 pekerjaan bulan lalu, kenaikan terbesar sejak Februari 2018 atau 11 bulan terakhir. Pertumbuhan pekerjaan didorong oleh perekrutan di lokasi konstruksi, ritel dan layanan bisnis serta di restoran, hotel, dan taman hiburan.
Data tersebut, menambahkan 70.000 lebih sedikit pekerjaan daripada yang dilaporkan sebelumnya pada bulan November 2018 dan Desember 2018. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan NFP meningkat hanya 165.000 pekerjaan pada Januari.
Sementara itu, penutupan pemerintah (government shutdown) menyebabkan sekitar 380.000 pekerja cuti, tetapi Presiden Donald Trump menandatangani undang-undang yang menjamin gaji para karyawan ini. Akibatnya, para pekerja ini tetap dimasukkan ke dalam survei data tenaga kerja, karena jumlah gaji masuk perhitungan.