Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BTP (Ahok): PDIP Harus Menang Telak, Kalau Cuma 20% Kasihan Bu Megawati

Sejak keluar dari penjara, nama Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok masih bertengger menjadi trending topic di dunia maya. Meski sudah tak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ternyata masih banyak pendukung atau pembenci yang menunggu kabar terbaru darinya.
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk pertama kalinya bertemu langsung dengan warga atau blusukan setelah bebas dari rumah tahanan Mako Brimob Depok pada 24 Januari. JIBI/BISNIS/Feni Freycinetia
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk pertama kalinya bertemu langsung dengan warga atau blusukan setelah bebas dari rumah tahanan Mako Brimob Depok pada 24 Januari. JIBI/BISNIS/Feni Freycinetia

Bisnis.com, JAKARTA - Sejak keluar dari penjara, nama Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok masih bertengger menjadi trending topic di dunia maya. Meski sudah tak menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, ternyata masih banyak pendukung atau pembenci yang menunggu kabar terbaru darinya.

Selain persoalan keluarga, banyak orang menebak sikap politik pria yang ingin disapa BTP ini terkait pusaran pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg) yang bakal digelar pada 17 April mendang.

Setelah berhari-hari bungkam, BTP akhirnya buka suara. Hal itu diungkapkan kala dia mengunjungi markas pemenangan PDI Perjuangan (PDIP) di kawasan Meruya, Jakarta Barat. Ahok datang dengan mengenakan kaos berwarna merah bertuliskan nama salah satu caleg dari partai banteng, Ima Mahdiah.

Dukung PDIP

Meski belum resmi bergabung, Ahok secara terang-terangan mengungkapkan dukungannya untuk PDIP. 

BTP (Ahok) mengatakan PDIP setidaknya harus mengulang kejayaan pada saat tumbangnya Orde Baru pada Pemilu 1999.

"PDI Perjuangan harus menang telak. 1999 itu PDIP masa kejayaannya bisa dapat kursi 33%. Kalau cuma 20% capek, kasihan Bu Mega [Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri]," kata Ahok (BTP) di hadapan kader PDIP di kawasan Meruya, Jakarta Utara, Rabu (30/1/2019).

Menurut Ahok (BTP), harus ada satu partai nasionalis yang memimpin pemerintahan atau setidaknya menjadi partai penguasa koalisi besar di pemerintahan. Jika memungkinkan, PDIP harus memperoleh sepertiga dari total kursi di DPRD dan DPR RI.

Karena itu, BTP (Ahok)  menyemangati kader-kader PDIP untuk memenangkan caleg di daerahnya masing-masing. Dalam kesempatan itu, Ahok mendukung atau "endorse" dua caleg PDIP yaitu Ima Mahdiah dan Charles Honoris.

Ima merupakan caleg nomor 4 DPRD DKI Jakarta untuk Dapil 10 sekaligus staf BTP selama memimpin DKI Jakarta. Sementara itu, Charles Honoris caleg nomor 2 DPR-RI untuk Dapil DKI Jakarta 3. Dia merupakan Bendahara dalam Tim Pemenangan Ahok-Djarot pada Pilgub DKI 2017.

Meski secara terang-terangan mendukung PDIP,  Ahok (BTP)  masih enggan menanggapi kabar bahwa dirinya yang bakal merapat ke parpol tersebut.

"Saya memang memiliki kedekatan sejak lama dengan PDIP. Hampir 21 bulan saya ditahan [penjara] sekarang saya mau jalan-jalan," ujar Ahok (BTP) sambil tertawa.

Walapun secara gamblang mendukung PDIP, dia sama sekali tak menyinggung soal Pemilihan Presiden 2019. Tak ada ucapan yang menunjukkan bahwa dirinya ingin memenangkan pasangan nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Berhati-hati

Bukan itu saja, Ahok (BTP)  juga terkesan kikuk dan enggan membuka mulut ketika "ditodong" microphone oleh awak media. Pria yang dikabarkan tengah menjalin hubungan dengan mantan Polwan bernama Puput Nastiti Devi ini seperti tergesa-gesa ingin meninggalkan tempat "blusukan" pertama sejak keluar dari Mako Brimob.

"Ah, ngomong apa lagi? Kan di dalam sudah banyak ngomong tadi," ucap Ahok (BTP) singkat.

Sikap hati-hati BTP bukan tanpa alasan. Stigma mantan narapidana kasus penistaan agama masih melekat di identitas mantan rekan kerja Jokowi saat menjabat di Balai Kota periode 2012-2014 tersebut. Apalagi, saat itu Ma'ruf Amin menjadi pihak yang memberatkan Ahok sehingga dia harus divonis 2 tahun penjara.

Meski demikian, suara mengambang (swing voters) dari pendukung Ahok masih cukup besar. Untuk ukuran DKI Jakarta, signifikansi suara itu mengacu pada perolehan pasangan Ahok-Djarot Saiful Hidayat sebanyak 42%.

Tak heran, banyak pihak mengibaratkan sikap Ahok terkait pemilu 2019 bak peribahasa memakan buah simalakama. Jika dia mengungkapkan dukungan ke PDIP atau Jokowi pasti menimbulkan situasi yang serba salah atau pro-kontra di masyarakat.

Untuk menghindari polemik, BTP (Ahok)  bahkan berencana untuk "kabur sejenak" dari hiruk-pikuk kontestasi Pilpres 2019 dengan melancong ke luar negeri. Dia mengatakan kegiatannya untuk ke luar negeri awalnya sebatas untuk berlibur dengan keluarga. Ahok mengaku selama menjadi bupati atau gubernur tidak pernah luar negeri untuk liburan.

"Saya kan ditahan 20 setengah bulan. Saya kira saya manusia biasa pengen juga 2,5 bulan jalan-jalan ke luar negeri. [Coblos Pilpres 2019] mungkin di luar negeri, gak tau di Jepang atau di mana. Jangan ngomong dulu," imbuh Ahok (BTP).

Lantas, bagaimana sikap politik Ahok ke depan? Apakah dia benar-benar memakai baju PDIP?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper