Bisnis.com, JAKARTA – Mantan CEO Starbucks Howard Schultz, yang kemungkinan bakal mempertimbangkan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden tahun 2020, dikhawatirkan bisa membantu Donald Trump terpilih kembali sebagai Presiden Amerika Serikat (AS).
Schultz, 65, dijadwalkan tampil dalam acara CBS "60 Minutes" pada Minggu (27/1/2019) waktu setempat (Senin WIB) dan dapat berbicara perihal kemungkinannya maju ke Gedung Putih.
Petikan singkat jaringan televisi tersebut yang dirilis pada Jumat (25/1) menunjukkan bahwa jika Schultz bisa jadi mencalonkan diri sebagai pihak independen, meskipun ia menyokong Demokrat selama bertahun-tahun dan mendukung kampanye Hillary Clinton pada 2016.
“Kedua belah pihak [Demokrat dan Republik] secara konsisten tidak melakukan apa yang diperlukan untuk kepentingan rakyat Amerika dan terlibat, setiap hari, dalam balas dendam politik,” kata Schultz kepada CBS, menurut transkrip yang dimaksud, seperti dilansir Bloomberg.
Sejumlah anggota Demokrat sudah mengemukakan kondisi jika seorang pengusaha yang baru berkecimpung di dunia politik berpikir dapat memecahkan isu-isu di AS sebagai seorang independen maka suara dalam pilpres nanti akan terbagi.
Julian Castro, seorang kandidat presiden dari Partai Demokrat untuk 2020 dan adalah mantan walikota San Antonio, menyatakan kekhawatirannya tentang kemungkinan Schultz akan membiayai sendiri kampanye kepresidenannya dan mencalonkan diri sebagai independen.
“Hal itu akan membantu Donald Trump mendapatkan harapan terbaiknya untuk kembali terpilih," kata Castro di CNN "State of the Union”.
Mengingat dukungan untuk Trump saat ini berada di kisaran rendah 40%, "satu-satunya harapan [bagi Trump], jika semuanya tetap sama pada dasarnya adalah mendapatkan orang lain, pihak ketiga, untuk menyedot suara yang ada,” tambah Castro .
Neera Tanden, presiden Center for American Progress di Washington yang juga adalah mantan penasihat Clinton, dalam akun Twitter-nya pada Sabtu (26/1) menentang Schultz untuk mencalonkan diri sebagai presiden.
Sejumlah anggota Republik yang menentang Trump, bernama faksi "Never Trump", dan telah berharap bahwa Trump akan menghadapi tantangan besar pada tahun 2020, juga khawatir pencalonan diri Schultz justru dapat membantu Trump.
Analis politik William Kristol mengatakan dia fokus pada seorang tokoh Republik, bukan yang independen seperti Schultz, untuk menantang Trump.
The New York Times pada Sabtu (26/1) melaporkan bahwa sejumlah anggota Partai Republik yang menentang Trump menyuarakan kandidat potensial seperti Gubernur Maryland Larry Hogan untuk menantang Trump pada 2020.
Kadidat lainnya, termasuk John Kasich, mantan gubernur Ohio, dan mantan Senator Jeff Flake dari Arizona belum memutuskan untuk mencalonkan diri melawan Trump.
Untuk diketahui, kandidat Presiden AS yang datang sebagai pihak ketiga atau independen memiliki sejarah kurang mengenakkan dalam kancah pilpres AS. Ross Perot memenangkan hampir 19% suara rakyat pada tahun 1992, ketika Bill Clinton mengakhiri kemungkinan bagi George H.W. Bush untuk meraih masa jabatan kedua.
Ada pula Ralph Nader dari Partai Hijau yang menerima hampir 3% suara secara nasional pada tahun 2000. Banyak orang menyalahkan raihan suaranya sebanyak 97.000 di Florida telah merugikan kandidat Partai Demokrat saat itu, Al Gore, untuk memenangkan kursi kepresidenan di Gedung Putih.