Bisnis.com, JAKARTA—Tim Kampanye Nasioal (TKN) Jokowi—Ma’ruf Amin tidak akan memanfaatkan Basuki Tjahaya Purnama (BTP) alias Ahok untuk mendongkrak elektabilitas, karena label Ahok sebagai penista agama masih melekat kuat.
Meski bebasnya mantan gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama (BTP) alias Ahok dari penjara dinilai bisa memperkuat dukungan para pendukungnya ke pasangan capres Jokowi-Ma'ruf Amin, namun Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan Romarhumuziy berpendapat sebaliknya.
Romahurmiziy, yang akarab disapa Romi, menilai belum saatnya BTP masuk ke kancah politik untuk memperkuat Tim Kampanye Nasional (TKN). Dia meyakini label penista agama masih jadi senjata yang bisa digoreng siapapun untuk menyerang di masa kampanye Pilpres 2019.
Karena itulah dia menyarankan agar TKN Jokowi-Ma'ruf Amin tidak melibatkan BTP alias Ahok di Pilpres.
“Jadi ‘gorengan penista agama' itu berpotensi jadi persoalan bagi Jokowi,” ujar anggota Dewan Penasihat TKN itu, Jumat (25/1/2019).
Sebelumnya, Direktur Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menilai bebasnya BTP menambah kekuatan calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo (Jokowi)-Ma'ruf Amin pada pilpres April 2019 mendatang. Alasannya, kata Karyono, para pendukun BTP, alias Ahokers pada umumnya cenderung sudah menjatuhkan pilihannya ke Jokowi.
"BTP bisa mempererat dukungan para pendukungnya ke pasangan Jokowi—Ma'ruf Amin. Tinggal sebagian kecil ahokers yang mungkin masih ragu-ragu atau mengambang. Dan sebagian kecil lagi belum memutuskan," ujar Karyono.
Bebasnya BTP, lanjut Karyono, secara psikologis juga bisa menarik Ahokers yang berpotensi golput (golongan putih), alias tidak menggunakan hak pilih.