Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBOC Jaga Stabilitas Beban Bank di China

Bank Sentral China secara bertahap telah memandu stabilisasi biaya pinjaman tanpa memangkas suku bunga pinjaman antar bank, salah satunya dengan menyuntikkan uang tunai untuk kebutuhan perbankan.
ilustrasi./.Bloomberg
ilustrasi./.Bloomberg

JAKARTA -- Bank Sentral China secara bertahap telah memandu stabilisasi biaya pinjaman tanpa memangkas suku bunga pinjaman antar bank, salah satunya dengan menyuntikkan uang tunai untuk kebutuhan perbankan.


Secara bersih Bank Sentral China telah mengucurkan dana hingga 1,14 triliun yuan atau senilai US$169 miliar ke sistem keuangan melalui operasi pasar terbuka sepanjang pekan ini.


Dana terbesar disalurkan pada Rabu (16/1), sebesar 560 miliar yuan atau US$83 miliar melalui skema reverse repo sebagai upaya PBOC melonggarkan kebijakan ekonomi di tengah perlambatan ekonomi.


Selain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat selama musim puncak masa pembayaran pajak dan libur tahun baru imlek, kebijakan ini juga menunjukkan komitmen bank sentral untuk memfasilitasi dana murah kepada bank dan mendorong kredit dengan beban biaya yang lebih rendah.


"PBOC semakin sering menggunakan instrumen manajemen likuiditas daripada memangkas suku bunga acuan untuk menekan beban biaya antar bank, mengelola imbal hasil obligasi lebih rendah dan memberi bank margin keuntungan yang lebih besar sehingga mereka dapat menawarkan pinjaman yang lebih murah kepada nasabah," kata Ekonom Standard Chartered Bank Ltd Ding Shuang, di Hong Kong, seperti dikutip Bloomberg, Kamis (17/1).


Strategi ini dilakukan untuk mengganti dana mahal yang berasal dari dana pihak ketiga dan digunakan sebagai sumber dana pinjaman jangka panjang.


Sementara dana murah, yang berasal dari tabungan dan giro dapat dialokasikan untuk pinjaman dengan tenor yang lebih pendek dan dapaat disalurkan kepada lebih banyak sektor kredit.


Bank Sentral China telah melakukan sejumlah kebijakan selama beberapa pekan terakhir untuk menjaga stabilitas sistem perbankan di negeri panda. Antara lain dengan memotong rasio cadangan bank atau reserve requirement ratio (RRR) menjadi 1%.


Selain itu, bank sentral juga meningkatkan kelayakan kredittur untuk memotong rasio cadangan kredit, menurunkan biaya pendanaan melalui pinjaman jangka menengah dan menghentikkan pendanaan untuk pinjaman jangka menengah dengan biaya mahal.


Strategi ini terbukti efektif. Biaya pinjaman antar bank melalui skema kesepakatan 7-day repurchase saat ini berada pada rasio yang lebih rendah dari 7-days reverse repo rate Bank Sentral China. 


Biaya sempat naik selama beberapa saat bersamaan dengan sebagian besar nasabah korporasi yang melakukan penarikan dana untuk melakukan pelunasan pajak.


Pada saat yang sama imbal hasil obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun turun menjadi sekitar 3,1% bulan ini dari imbal hasil pada September 2018 sebesar 3,6%.


Sementara itu pertumbuhan kredit pada Desember 2018 tercatat tumbuh di atas ekspektasi, mengindikasikan upaya bank sentral untuk memacu kredit sebelumnya menunjukkan hasil.


Strategi China untuk memanfaatkan instrumen likuiditas menurut Ding, tidak akan berubah dalam waktu dekat. Dia mengatakan otoritas bank sentral nampaknya tidak akan menaikkan suku bunga acuan dalam waktu dekat.


Wakil Gubernur PBOC Zhu Hexin mengatakan pihaknya akan berupaya untuk menghindari kelebihaan likuiditas yang dapat mengganggu kondisi makro ekonomi dan akan menjaga rasio leverage makro dalam kondisi stabil.


Sejumlah ekonom memperkirakan 7-days reverse repo rate Bank Sentral China akan terjaga sebesar 2,55% sepanjang tahun.


Tantangan yang masih harus dihadapi oleh bank sentral saat ini adalah pergerakan nilai tukar.


Yuan telah menguat sebesar 1,5% sepanjang Januari 2019 berjalan berkat sentimen positif dari pertemuan antara China dan Amerika Serikat terkait kelanjutan perang dagang.


Jika yuan kembali terdepresiasi, bank sentral akan kesulitan untuk menyalurkan lebih banyak likuiditas.


"Bank Sentral China mungkin akan menjaga suku bunga acuan saat ini sambil memerhatikan langkah selanjutnya dari The Fed," ujar Liu Peiqian, Asia Strategist di Natwest Markets PLC Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper