Sebagai negara agraris, salah satu andalan ekonomi Indonesia adalah pertanian. Namun sering kita dengar bahwa pertanian di negeri hanya tinggal mitos.
Maraknya impor berbagai komoditas makin membuat ‘status’ sebagai negara agraris lemah. Coba bandingkan dengan negara-negara maju yang sudah lama menerapkan cara pertanian modern.
Anggapan tersebut tidak seluruhnya benar. Indonesia tetap dapat mengandalkan pertaniannya secara mandiri. Memang banyak pekerjaan rumah yang harus dibereskan untuk mewujudkan pertanian Indonesia yang tangguh dan modern.
Komitmen tinggi pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan serta implementasi kebijakan yang tepat, terutama dalam memajukan pertanian dalam negeri, menjadi kunci kesuksesan untuk meraih harapan tersebut.
Ada contoh kecil yang bisa membangun optimisme kita mengenai penerapan pertanian secara modern.
Di Lamongan, Jawa Timur, pertanian jagung di wilayah itu umumnya sudah dilakukan secara modern. Satu hektare kebun bisa menghasilkan sekitar 12 ton. Namun memang ada berbagai persyaratan yang harus dipenuhi.
Sebenarnya tidak terlalu sulit meningkatkan produksi jagung hingga dua kali lipat menjadi 10-12 ton per hektare dari kemampuan saat ini 5-6 juta ton.
Namun ada langkah-langkah yang harus dipenuhi lebi dulu. Sebagai pegiat pertanian yang cukup lama menggeluti tanaman jagung, aspek pemeliharaan sejak jagung ditanam hingga 35 hari pasca penanaman merupakan hal kunci yang harus diperhatikan.
Perlu diketahui bahwa pola perlakuan atas tanaman dan lahan sejak pertama kali ditanami hingga 35 hari berikutnya akan menjadi penentu apakah produksi akan maksimal atau malah kacau balau.