Bisnis.com, JAKARTA -- Jumlah korban tewas setelah meletusnya Gunung Fuego di Guatemala bertambah menjadi 99 orang, sedangkan ratusan orang lainnya masih menghilang.
Tim SAR masih terus melakukan operasi penyelematan setelah gunung tersebut meletus pada Minggu (3/6/2018), yang terbesar dalam 40 tahun terakhir. Gunung itu kembali meletus pada Selasa (5/6) dan membuat jumlah korban terus meningkat.
Reuters melansir Kamis (7/6), abu tebal dan bebatuan hasil letusan vulkanik masih menyelimuti kota San Miguel Los Lotes, yang dekat dengan gunung tersebut.
Otoritas berwenang setempat sudah menaikkan status gunung itu setelah erupsi pada Selasa (5/6), membuat penduduk yang masih tersisa terpaksa mengungsi dan tim SAR mau tak mau menunggu hingga situasi lebih aman.
Tim SAR baru kembali ke lokasi pada Rabu (6/6) untuk mencari korban, baik yang selamat maupun tidak.
"Kami hanya bisa bekerja di mana kami dapat berdiri di atap-atap rumah karena abunya sangat panas. Ada beberapa tempat yang masih dipenuhi asap dan api, tidak mungkin menggalinya karena kami bisa mati," papar Diego Lorenzana, salah seorang anggota tim SAR.
Badan penanganan bencana Guatemala, CONRED, menyebutkan 1,7 juta orang telah terdampak letusan tersebut dan 12.000 orang sudah dievakuasi.
Bantuan kemanusiaan juga terus berdatangan, termasuk air minum bersih, untuk diberikan kepada para korban.
Federasi Palang Merah Internasional dan Bulan Sabit Merah mengungkapkan telah menggelontorkan lebih dari 250.000 Swiss franc, sekitar Rp3,5 miliar, untuk membantu penanganan situasi darurat.
Dana itu diklaim dapat membantu Guatemala untuk mendukung 3.000 korban selamat yang paling rentan selama tiga bulan.
Gunung Fuego, yang secara harfiah berarti Gunung Api, adalah satu dari beberapa gunung berapi aktif di negara Amerika Tengah itu. Gunung berketinggian 3.763 meter itu berlokasi di dekat Antigua, sebuah kota warisan UNESCO yang sudah selamat dari beberapa erupsi besar.