Kabar24.com, JAKARTA –Pemerintahan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad mendapat sambutan hangat dari pasar keuangan pada Senin (14/5).
Keputusan menutup pasar onshore selama dua hari setelah Pemilu pekan lalu tampak menjadi langkah yang bijaksana. Sementara aset yang diperdagangkan di luar negara-negara Asia Tenggara mengalami penurunan signifikan, hal berbeda terjadi di Kuala Lumpur.
Setelah pasar sempat memperkirakan ringgit dapat jatuh hingga 4%, ternyata mata uang Negeri Jiran itu hanya turun 1% terhadap dolar AS. Indeks acuan saham pun mengat meskipun sempat turun 2,7%. Begitu juga dengan obligasi yang kembali bergerak normal setelah sempat turun tipis.
Kendati guncangan masih akan datang, termasuk kekhawatiran terkait potensi melebarnya defisit fiskal Malaysia, untuk sekarang, banyak investor yang memberikan ruang lebih untuk Mahathir.
Setidaknya, Malaysia memiliki fundamental solid—surplus neraca berjalan dan tingkat pertumbuhan 5% lebih telah membuat iri sejumlah negara emerging market—dan Mahathir juga menunjuk sejumlah pejabat musiman untuk jabatan senior di bidang ekonomi.
Richard Jerram, Kepala Ekonom Bank of Singapore Ltd. menyampaikan, pasar menilai situasi sekarang ini dengan tenang.
“Pada Kamis [10/5], orang-orang sangat khawatir. Namun, setelah itu, mereka [Pemerintah Malaysia] membuat keputusan dan panel penasihat berembuk untuk memberikan kepastian. Menteri Keuangan berikutnya juga memiliki rekam jejak yang baik dan solid,” katanya seperti dikutip Bloomberg, Selasa (15/5).
Adapun, penunjukan Lim Guan Eng sebagai Menteri Keuangan Malaysia menjadi salah satu sentimen positif bagi pasar di Malaysia. Lim Guan selama sedekade memimpin bagian utara Malaysia di Penang dan terkenal telah menarik banyak investasi teknologi dari luar negeri.
Sementara itu, Zeti Akhtar Aziz akan menjabat sebagai dewan penasihat Mahathir. Sebelumnya dia memberikan warisan tentang kedisiplinan dan profesionalisme sebagai Gubernur Bank Sentral Malaysia selama 16 tahun. Kemudian, Daim Zainuddin yang menjabat sebagai Menteri Keuangan sebanyak dua kali sebelumnya juga akan menjadi anggota panel.
Banyak penunjukkan di dalam kabinet masih belum terpenuhi, bahkan Lim belum diambil sumpahnya. Adapun, kini perhatian masih di sekitar pembatalan pajak barang dan jasa yang dijanjikan koalisi Mahathir. Pembatalan pajak barang dan jasa dipercaya dapat melebarkan defisit fiskal yang berhasil menyusut beberapa tahun ini.
Sementara itu, Goldman Sachs Group Inc., yang tengah meninjau ulang outlook ringgit menyebutkan, kepemilikan asing yang besar di dalam obligasi lokal Malaysia dapat menyebabkan nilai mata uang rentan terhadap pergeseran sentimen.
Sebelumnya mereka memperkirakan mata uang ringgit dapat menguat menjadi 3,8 ringgit Malaysia (RM) per dolar AS dalam enam bulan. Sementara nilai tukar ringgit telah mencapai 3,95 pada pukul 9.16 waktu Kuala Lumpur pada Selasa (15/5/2018).
Salah satu rintangan bagi aset Malaysia adalah, di tengah-tengah tekanan melanda negara berkembang karena kenaikan acuan imbal hasil dolar AS, mereka malah unggul setelah Pemilu pekan lalu.
Ringgit telah menjadi mata uang berperforma terbaik di Asia di hadapan dolar AS, setelah yen yang memang dikenal sebagai safe haven, pada Rabu (9/5). Namun kini posisinya turun ke peringkat tiga setelah yuan China. Dalam hal saham pun, Malaysia berdiri dengan baik.
“Malaysia berdagang di level premium dibandingkan peer-nya, ditopang stabilitas, pertumbuhan ekonomi tinggi, dan likuiditas,” kata AC Tan, Kepala Riset CLSA Ltd. di Kuala Lumpur.