Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BOM SURABAYA : Polisi Diminta Waspadai Bom Bunuh Diri Libatkan Perempuan dan Anak

Pengamat Terorisme dari Universitas Malikussaleh Al Chaidar meminta pemerintah mengantisipasi adanya gelombang bom bunuh yang dilakukan oleh perempuan dan anak-anak.

Bisnis.com, JAKARTA--Pengamat Terorisme dari Universitas Malikussaleh Al Chaidar meminta pemerintah mengantisipasi adanya gelombang bom bunuh yang dilakukan oleh perempuan dan anak-anak.

"Martir bom bunuh diri di Gereja Kristen Indonesia (GKI) Surabaya dilakukan oleh seorang perempuan yang membawa dua anaknya ini pertama kali terjadi di Indonesia," kata Al Chaidar ketika dihubungi Bisnis, Minggu (13/5/2018).

Dia menuturkan langkah teroris memanfaatkan wanita dan anak-anak merupakan cara baru yang dilakukan oleh jihadis Indonesia. Pasalnya, sebelumnya aksi teror justru banyak dieksekusi oleh laki-laki dewasa. Aksi tersebut, katanya, sangat tidak manusiawi dan meniru teror yang dilaksanakan di negara Timur-Tengah, termasuk Syiriah.

"Kalau martir atau pengantin perempuan beberapa kali pernah terjadi. Namun, untuk anak-anak ini modus baru. Saya rasa karena banyak jihadis laki-laki yang sudah ditahan, pemerintah harus antisipasi," imbuhnya.

Dia meyakini aksi bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya ada kaitannya dengan kerusuhan di Mako Brimob pada Selasa (8/5/2018). Dia menuturkan seruan jihad tersebut dilakukan narapidana terorisme melalui live media sosial Instagram menggunakan handphone rampasan saat kerusuhan berlangsung.

Menurutnya, dalam siaran live selama 1 menit 30 detik, napiter meminta pasukan jihadis se-Indonesia untuk melakukan serangan balik ke pihak polisi.

"Mereka juga mengatakan jika tidak [serang] Mako Brimob, maka bisa menyasar polisi dan tempat ibadah non-muslim. Bom di Gereja Surabaya merupakan aksi balasan," imbuh Al-Chaidar.

Berdasarkan data yang dihimpunnya, seruan tersebut direspons oleh Jamaah Ansharut Daulah (JAD) dari berbagai wilayah, misalnya Jawa Barat 57 orang, Bogor 14 orang, Jawa Tengah 71 orang, dan Bima 13 orang.

"Respons paling banyak datang dari JAD cabang Jawa Timur yang berjumlah 106 orang," katanya.

Tardianto, salah seorang saksi di GKI Diponegoro mengatakan kejadian peledakan bom terjadi sekitar pukul 07.30. Ada 2 kali ledakan, pertama jam 7.30 dan 5 menit kemudian meledak mengenai satpam.

Menurut keterangan dia, sebelumnya ada 3 orang perempuan bercadar. Satu orang dewasa, 2 orang anak-anak perempuan bercada (1 anak kecil, 1 lagi anak remaja). Saat mereka masuk ke area parkiran, satpam sempat menanyai ketiga orang tersebut.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper