Bisnis.com, JAKARTA -- Tiga warga Australia meninggal dan 12 lainnya jatuh sakit setelah merebaknya wabah dari bakteri listeria yang disebabkan melon yang terkontaminasi.
Reuters melansir Sabtu (3/3/2018), otoritas kesehatan Australia mengungkapkan korban yang jatuh kemungkinan akan bertambah. Bakteri listeria biasanya menyerang manusia dan hewan berdarah panas lewat makanan yang terkontaminasi.
Wabah tersebut berasal dari negara bagian New South Wales. Perusahaan yang memproduksi melon-melon yang bermasalah itu telah berhenti beroperasi secara sementara dan melakukan penyelidikan.
Dinas Kesehatan New South Wales mengungkapkan 15 korban seluruhnya berusia lanjut dan berdomisili di berbagai negara bagian, mulai dari Victoria hingga Tasmania.
"Kami bisa mengonfirmasi bahwa 13 dari 15 kasus yang ditemukan mengonsumsi melon sebelum jatuh sakit," ungkap pejabat Dinas Kesehatan New South Wales Vicky Sheppeard.
Pemerintah setempat pun meminta masyarakat untuk tidak mengonsumsi melon yang dibeli sebelum 1 Maret 2018, sembari menegaskan bahwa seluruh melon yang diperkirakan terkontaminasi telah ditarik dari peredaran.
Kasus-kasus berikutnya diperkirakan bakal muncul dalam beberapa waktu ke depan karena gejalanya bisa membutuhkan waktu hingga enam pekan untuk terlihat. Kontaminasi listeria memiliki gejala yang mirip dengan flu dan dapat menyebabkan pusing, diare, serta infeksi di peredaran darah dan otak.
Meski tidak akan menyerang orang-orang yang sehat, tapi bakteri ini berakibat fatal bagi mereka yang memiliki sistem imun rendah seperti lansia, bayi, dan ibu hamil.
Bakteri ini dapat ditemukan di tanah, air, dan tanaman. Kontaminasi bisa terjadi di semua tahapan produksi, mulai dari panen hingga proses pelayanan.
Makanan yang berisiko tinggi termasuk melon yang sudah dipotong, salad dingin, seafood mentah dan salmon asap, produk susu yang tidak dipasteurisasi, serta biji kecambah dan jamur mentah.
Listeria sebenarnya jarang muncul di Negeri Kangguru. Namun, wabah mematikan akibat bakteri ini terjadi di Afrika Selatan dan telah menewaskan lebih dari 170 orang sejak Januari 2017.