Kabar24.com, JAKARTA — Perusahaan minyak asal Arab Saudi yakni Saudi Arabian Oil Co dan perusahaan minyak milik negara Malaysia Petroliam Nasional Bhd. sepakat untuk meningkatkan pinjaman senilai US$8 miliar untuk komplek proyek kilang minyak dan petrokimia di negara bagian selatan Malaysia, Johor.
Sumber Bloomberg mengatakan, proses penandatanganan pinjaman tersebut rencananya akan dilakukan pada awal bulan depan. BNP Paribas SA, HSBC Holdings Plc dan Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd. dilaporkan termasuk sebagai kreditur yang setuju memberikan pembiayaan.
Adapun, komplek tersebut merupakan bagian dari proyek senilai US$27 miliar yang disebut dengan Refinery and Petrochemicals Integrated Development (RAPID), yang rencananya akan mulai beroperasi pada 2019. Saudi Arabian Oil Co. yang acap kali disebut dengan Saudi Aramco sendiri telah sepakat untuk menginvestasikan dananya hingga US$7 miliar pada Februari tahun lalu.
Investasi Saudi Aramco tersebut disalurkan untuk membangun sebagian proyek kilang minyak dan pabrik petrokimia di RAPID. Sejumlah kalangan menilai, langkah perusahaan Negeri Petro Dolar tersebut merupakan upayanya mempertahankan poisi sebagai eksportir minyak utama ke Asia.
Seperti diketahui, selama ini di pasar global, Arab Saudi telah mendapatkan tekanan dari para pesaingnya utamanya seperti AS dan Rusia serta negara-negara anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Kondisi itu memaksa Riyadh meningkatkan kerja sama dengan negara konsumennya untuk ‘mengunci’ permintaan minyak dari negara Timur Tengah tersebut pada masa depan.
Ketika dimintai keterangan mengenai kebijakannya di Negeri Jiran tersebut, petinggi Saudi Aramco mengaku tidak ingin mengomentari proyek yang sedang berjalan tersebut. Hal senada pun diungkapkan oleh para pejabat Petroliam Nasional (Petronas).
Proyek RAPID, yang diumumkan pada 2011 sejatinya merupakan upaya Malaysia menyaingi Singapura yang selama ini menjadi pusat perdagangan dan penyulingan minyak kawasan Asia Tenggara.
Petronas mengklaim, kilang di proyek RAPID ditargetkan akan mampu menghasilkan 300.000 barel per hari, yang dapat menghasilkan bahan bakar yang memenuhi standar emisi Euro 5, serta menyediakan bahan baku untuk pabrik petrokimia.