Kabar24.com, JAKARTA - Pemerintah Australia memberi dukungan lebih lanjut untuk memerangi wabah difteri yang sangat menular dan mematikan di kalangan pengungsi Rohingya di Bangladesh. Pengungsi ini melarikan diri dari kekerasan di Myanmar.
Terdapat lebih dari 2.500 kasus dugaan difteri, termasuk di antaranya 1.900 anak-anak, di kamp penampungan pengungsi Rohingya. Sedikitnya 30 orang telah meninggal karena penyakit ini, yang mengakibatkan pembengkakan ektrem di tenggorokan, sehingga menyulitkan bernapas dan menelan.
Australia menyediakan A$1,5 juta melalui Organisasi Internasional untuk Migrasi guna memasok obat-obatan penting, membantu proses karantina bagi pengungsi yang sakit, melatih staf medis setempat, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengurangi tingkat infeksi.
“Hal ini merupakan tindak lanjut dari pengerahan Tim Medis Australia ke Bangladesh pada bulan Desember 2017 yang bertugas melihat situasi, sebagai tanggapan atas permintaan bantuan internasional yang mendesak oleh Organisasi Kesehatan Dunia,” kata Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dalam keterangan resmi, Jumat (19/1/2018).
Dukungan tersebut menjadikan bantuan Australia untuk pengungsi Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar sebesar A$31,5 juta sejak September 2017.
Diperkirakan sebanyak 655.000 orang, kebanyakan merupakan perempuan dan anak-anak, telah melintasi perbatasan ke Bangladesh sejak Agustus 2017, dan menggantungkan kelangsungan hidup mereka pada bantuan kemanusiaan.
Baca Juga
Bantuan Australia mendukung penyediaan makanan dan gizi penting, air bersih, sanitasi, tempat tinggal, perawatan kesehatan, konseling trauma dan pelayanan-pelayanan untuk perempuan dan anak perempuan yang rentan.