Kabar24.com, DENPASAR - Sekitar 10 ribu ekor sapi bali yang berada di kawasan rawan bencana Gunung Agung kini sedang diupayakan untuk dievakuasi ke tempat yang aman.
Ketua Satgas Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian I Ketut Nata Kusuma mengatakan setelah erupsi 26 dan 27 November telah diungsikan 382 ekor sapi.
“Kami terus melakukan upaya, asalkan situasi memungkinkan, kami langsung gerak cepat untuk evakuasi ternak ke kawasan rawan bencana,” kata Kusuma, Selasa (28/11/2017).
Menurut Nata dalam bencana ini penyelamatan ternak sangat penting karena merupakan aset berharga warga, tetapi keselamatan petugas evakuasi juga jauh lebih penting.
Dia tidak bisa memperhitungkan berapa ekor per hari bisa diangkut karena kendala di lapangan seperti hujan, hujan abu, dan faktor lokasi. Seperti pascaerupsi 26-27 November sebanyak 382 ekor sapi bisa dipindahkan.
Kata dia berdasarkan inventarisasi ternak sebelum terjadi erupsi diperoleh angka 12 ribu ekor sapi yang ditargetkan untuk diselamatkan. Kini, baru sekitar 2.000 ekor yang sudah berada di penampungan.
Baca Juga
Pada saat status Awas Gunung Agung yang pertama, kata Nata, 8.200 ekor sapi sempat dievakuasi. Tetapi, begitu akhir Oktober status diturunkan ke Siaga banyak warga yang memulangkan ternaknya dan tersisa 1.500 ekor sapi di pengungsian.
Begitu terjadi erupsi Sabtu (25/11/2017) lalu warga langsung mengungsi dan meninggalkan ternak begitu saja. Masalahnya, kini sudah terjadi hujan abu, rumput dan pakan ternak tertutup abu vulkanik.
“Ini yang jadi kendala untuk memberi pakan, apalagi di daerah rawan bencana,” ujar Nata yang juga Kepala Bidang Produksi Ternak, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali itu.
Nata menjelaskan ternak sapi dari kawasan rawan bencana ini telah disiapkan tempat penampungan di 6 lokasi yakni berada di Buleleng 2 lokasi, Karangasem 3 lokasi, dan 1 lokasi di Klungkung.
Penampungan besar ini bisa untuk evakuasi hingga 15 ribu ekor. Selain itu juga tersebar di dekat sejumlah lokasi pengungsian pemilik ternak. Di penampungan ini tim telah menyediakan pakan ternak berupa konsentrat dan silage dalam jumlah yang mencukupi.
Tentang usulan untuk mencarikan pembeli, kata Nata, kondisisnya tidak seperti saat status Awas pertama, pemilik ternak panik dan langsung menjual.
“Kini sebisa mungkin tidak dijual, karena pada saat kembali ke rumah kelak agar warga masih memiliki aset dan bisa untuk me-recovery kehidupan pascabencana,” katanya.
Nata mengatakan Karangasem memang dikenal sebagai gudang ternak dan pemasok kebutuhan daging di Bali bahkan dikirim ke luar pulau. Sebanyak 22 desa di kawasan rawan bencana di sekitar Guung Agung setidaknya terdapat 30 ribu ekor sapi yang menjadi penopang hidup warga setempat.