Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sayup-sayup Konservasi Terumbu Karang dari Bunati

Sepanjang mata memandang, barisan tongkang berjejer, sebagian besar sudah terisi dan ada pula yang mengantre untuk diisi.
Ilustrasi./Antara
Ilustrasi./Antara

Sepanjang mata memandang, barisan tongkang berjejer, sebagian besar sudah terisi, dan ada pula yang mengantre untuk diisi.

Berdiri dari pelabuhan rakyat di Desa Bunati, Kecamatan Angsana, Kabupaten Tanah Bumbu, tak akan terbayangkan jika di depan garis pantai ada hamparan terumbu karang. Maklum saja, hilir mudik tongkang dan kapal takeboat sangat berpotensi menggerus kekayaan biota laut di sekitar pelabuhan.

Tidak hanya satu perusahaan yang menggunakan perairan Bunati/Sebamban untuk mengangkut produksi batu bara, setidaknya ada empat perusahaan di sana. Salah satunya, PT Tunas Inti Abadi (TIA), yang sempat mendapat tudingan atas kerusakan biota laut karena keberadaan pelabuhan batu bara.

Alhasil, setiap perusahaan yang memiliki pelabuhan di perairan tersebut, menggagas program kerja sama untuk ikut merawat terumbu karang. PT TIA sendiri mendapat tiga bagian konservasi terumbu karang, meliputi Bajangan Atak, Bajangan Sebamban, dan Batu Anjir.

Kewajiban untuk melakukan upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup tiga titik terumbu karang tercantum dalam dokumen Izin Lingkungan Pengoperasian Terminal Untuk Kepentingan Sendiri (TUKS).

Anak usaha PT Reswara Minergi Hartama ini, tidak bergerak sendiri, perusahaan bekerja sama dengan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat.

Soehaeli Asmawi, staf pengajar Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat yang juga menjadi konsultan lingkungan PT TIA, mengatakan setidaknya ada 132 spesies terumbu karang yang dapat hidup di laut bagian selatan Pulau Kalimantan tersebut.

Sebut saja seperti acropora, acropora formosa, acropora nobilis, dan lainnya. Menurutnya, ada sekitar 5 hektare gugusan terumbu karang. Hanya saja, karena aktivitas pelabuhan batu bara meningkat, keberadaannya semakin terancam.

“Ada setengah hektare yang diisi karang dalam, ini yang paling cantik di sini. Hanya saja, karena yang dominan itu acropora, jadi varian ikan yang hidup juga terbatas,” katanya.

Soehaeli mengatakan PT TIA punya komitmen untuk melakukan konservasi dengan transplantasi karang sekitar 500 meter persegi. Seharusnya, perusahaan lain juga memiliki target untuk melakukan transplantasi, tetapi belum didapati titik mana saja yang telah dilakukan konservasi.

Atas kondisi terumbu karang yang semakin memprihatinkan, Soehaeli menjelaskan bahwa kerusakan parah sebenarnya tidak disebabkan oleh tongkang, tetapi takeboat itu sendiri.

“Kalau tongkang ibaratnya seperti mesin pemotong rumput, dalam kondisi ini bukan terumbunya yang kena. Nah kalau takeboat itu seperti buldoser, rusak semua,” ungkapnya.

Sebagai kewajiban untuk menjaga lingkungan, sejauh ini PT TIA sudah melakukan transplantasi karang sebesar 310 meter persegi yang dimulai sejak 2011. Memang, jika dibandingkan dengan terumbu karang di Bunaken, ataupun Raja Ampat, kecantikan terumbu karang di Sebamban – Bunati masih tertinggal.

Akan tetapi, menurutnya, jika pemerintah daerah punya fokus mengembangkan sektor pariwisata bawah laut, maka menjaga lingkungan menjadi keniscayaan. Sebagai bagian konservasi terumbu karang, perusahaan juga menggunakan hydrosol untuk memastikan pelabuhannya bukan merupakan sumber debu batubara, baik yang berasal dari stockpile maupun proses loading.

Hydrosol adalah produk cairan yang emulsif, berbasis hydrocarbon, suatu produk dengan kombinasi antara hydrocarbon dan emulsifier yang cocok untuk dipergunakan sebagai proteksi self combustion (sponcomb protection), TM Protection, dan dust control.

Untuk memastikan konservasi berjalan mulus, Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat tiap 6 bulan melakukan penghitungan dan juga transplantasi karang. Hanya saja, ketika diminta membandingkan kualitas karang dulu dan sekarang, Soehaeli hanya tersenyum kecut.

“Kalau dulu saya sering ikut menangkap para pencuri karang mutiara, dugong, abalon, hingga penyu,” tutup Soehaeli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper