Kabar24.com, JAKARTA - Mahmud Ahmad, bekas dosen studi Islam Universitas Malaya, Malaysia, akan ditetapkan menjadi petinggi kelompok teroris ISIS di Marawi, Filipina selatan, setelah kematian Isnilon Hapilon dan Omar Maute.
Menurut laporan The Star pada 17 Oktober 2017, Mahmud, adalah individu yang sangat dihormati di antara Grup Abu Sayyaf (ASG) pimpinan Isnilon Hapilon dan dihormati dalam jajaran kelompok pimimpinan Omar Maute, yang tewas dalam serangan militer Filipina pada Senin (16/10/2017).
Inspektur Jenderal Polisi, Mohamad Fuzi Harun mengatakan dia telah menerima kabar kematian dua pemimpin ISIS, Isnilon dan Maute, di Filipina selatan.
"Jika kematian memang benar, maka Mahmud menjadi pemimpin berikutnya. Kami selalu memantau situasi (di Filipina selatan)," katanya.
Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana, mengkonfirmasi kematian itu dan menambahkan Mahmud diyakini masih hidup.
Mahmud adalah salah satu perencana utama serangan Marawi, bersama dengan Isnilon dan Omar, untuk menciptakan khalifah di Asia Tenggara.
Baca Juga
Seorang sumber mengatakan bahwa Mahmud, 39, adalah pakar senjata yang memiliki pengetahuan terkait ISIS. Dia juga mendapatkan rasa hormat dari ASG setelah melarikan diri ke Filipina pada 2014.
"Anda bisa mengatakan bahwa dia adalah milisi yang dihormati di antara jajaran ISIS dan ASG," kata sumber itu.
Menurut sumber lain, Mahmud berhasil menyatukan ASG, Grup Maute, yang dipimpin oleh Khayyam Romato, Pejuang Kebebasan Islam Bangsamoro dan
Ansarul Khilafah Filipina di bawah bendera ISIS.
Selain Isnilon, Ahmad adalah satu-satunya wakil yang dipercaya oleh pemimpin tertinggi ISIS, Abu Bakr al-Baghdadi, di Asia Tenggara.
Ahmad, yang pergi untuk berlatih di Afghanistan di bawah Osama bin Laden saat belajar di Universitas Islam Internasional di Islamabad pada akhir 1990an, telah mengajar di UM saat kembali ke Malaysia.
Ahmad juga dikenal sebagai Abu Handzalah, Ahmad melakukan perjalanan ke Filipina pada 2014 setelah polisi Malaysia mengidentifikasinya sebagai seorang militan dan kepala perekrut, yang bertanggung jawab atas pelatihan dan mengirim milisi untuk berperang di Suriah dan Irak bersama ISIS.
Pada bulan April 2014, Mahmud, bersama dengan mantan perwira Dewan Kota Selayang, Muhammad Joraimee Awang Raimee, dan mantan penjaga toko buku Universiti Malaya, Mohd Najib Husen alias Abu Anaz, terbang ke Mindanao untuk mengatur pelatihan militer dan pembuatan bom untuk milisi Malaysia yang nantinya akan dikirim ke Syria untuk bergabung dengan ISIS. Mahmud adalah satu-satunya anggota trio yang masih hidup setelah kematian Joraimee dan Najib