Bisnis.com, SURABAYA – Ekspor perhiasan dan permatan Jawa Timur sepanjang Januari — September 2017 anjlok 31,36% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Pada sembilan bulan pertama tahun ini, ekspor permata tercatat hanya mencapai USS2,53 juta.
Pada periode sama tahun lalu, ekspor perhiasan dan permata asal Jatim mencapai US$3,69 juta. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim Teguh Pramono menyampaikan pada September 2017, Swiss yang biasanya merupakan importir utama produk permata dan perhiasan Jatim, tidak lagi masuk ke 5 negara pengimpor terbesar.
“Pada September 2017, ekspor perhiasan dan permata kembali turun 24,17% dibandingkan dengan bulan sebelumnya dan sepanjang tahun ini sudah turun 31,36%. Meski demikian, ekspor perhiasna dna permata masih mendominasi,” ujar Teguh dalam konferensi pers di Surabaya, Senin (16/10/2017).
Secara rinci, data BPS Jatim menunjukkan ekspor permata pada September 2017 berkontribusi 19,6% dibandingkan dengan total ekspor Jatim. Komoditas itu memang konsisten menduduki posisi teratas dengan nilai jual paling tinggi.
Adapun, komoditas perhiasan dan permata bukan merupakan satu-satunya yang mengalami penurunan ekspor. Selama September 2017, 9 dari 10 komoditas ekspor andalan Jatim tercatat mengalami penurunan dibandingkan capaian bulan sebelumnya.
Kesembilan komoditas itu yaitu perhiasan yang ekspornya turun 24,17% pada September 2017, tembaga turun 15,49%, lemak dan minyak hewani/nabati turun 5,08%, kayu dan barang dari kayu turun 7,69%, ikan dan udang turun 2,8%, kertas dan karton turun 6,95%, produk kimia turun 15,09%, daging dan ikan olahan turun 3,97%, dan perabot rumah yang ekspornya turun 10%.
Satu-satunya komoditas andalan Jatim yang ekspornya mengalami kenaikan yaitu bahan kimia organik yaitu sebesar 3,74%.