JAKARTA – Presiden Donald Trump dan sejumlah petinggi Partai Republik mengumumkan rencana pajak yang telah lama ditunggu dapat mewakili kemenangan legislatif pada tahun ini.
Trump menyebutkan hal tesebut sebagai “perubahan yang revolusioner” dan akan mendorong pertumbuhan ekonomi serta kenaikan upah bagi para pekerja. Hal itu diungkapkan dalam pidatonya di Indiana Rabu, 27 September 2017, waktu setempat.
“Hal ini akan menjadi pemangkasan pajak terbesar dalam sejarah negara kita,” ungkapnya seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (28/9).
Ketua DPR Paul Ryan juga mengatakan akhirnya mereka dapat menyelesaikan hal tersebut. “Untuk kita semua, ini merupakan momen yang harus terjadi saat ini atau tidak selamanya,” ungkapnya.
Rencana tersebut dimulai dengan perdebatan mengenai berapa banyak penerima manfaat teratas yang akan diuntungkan. Kerangka kerja yang diangkat pemimpin partai Republik mengusulkan pemotongan pajak tingkat individu tertinggi menjadi 35%, tetapi hal itu akan diserahkan kembali kepada Kongres AS.
Adapun untuk pajak perusahaan diusulkan untuk dipangkas menjadi sebesar 20% dari posisi saat ini 35%. Sebelumnya, Trump sebenarnya telah meminta pemangkasan bunga menjadi 15%, tetapi pada perkembangan terbaru dia menilai 20% merupakan angka yang tepat dan tidak dapat dinegosiasikan.
Dalam kerangka tersebut, bisnis juga diizinkan untuk segera menghapus pembelanjaan modal mereka setidaknya selama lima tahun.
Namun, hal itu memicu kritik bahwa rencana tersebut menguntungkan bisnis dan orang kaya dan dapat menambahkan triliunan dolar ke defisit negara.
Proposal tersebut juga mendapatkan tanggapan skeptis dari Senator Bob Corker dari Partai Republik, yang bersumpah untuk tidak memilih paket pajak apapun yang dibiayai dengan uang pinjaman.
“Apa yang dapat saya katakan adalah, saya tidak akan memilih pajak apapun yang dapat meningkatkan jumlah defisit kita, titik,” tegas Corker seperti dikutip dari Reuters, Kamis (28/9).