Kabar24.com, DENPASAR – Pengusaha transportasi di Bali keluhkan budaya masyarakat jadi penghambat majunya penerapan transaksi non tunai, khususnya di tol.
GM Blue Bird Bali I Gede Putu Panca Wiadnyana mengklaim sebagai salah satu perusahaan transportasi yang merespon cepat kebijakan elektronifikasi tol di Bali.
Kata dia, saat kebijakan menggunakan kartu non tunai diterapkan ke karyawan, banyak yang merasa kebijakan ini terlalu rumit.
Berkat pemaksaan akhirnya karyawannya kini telah menggunakan non tunai.
“Awalnya ada yang gak mau narik, ada yang gak mau kerja,” sebutnya, dalam diskusi Infrastruktur Perbankan Mendukung Penerapan Transaksi Nontunai di Tol Bali Mandara di Kantor Perwakilan Bisnis Indonesia di Denpasar, Selasa (12/9/2017).
Kini transaksi non tunai di tol seluruhnya berjumlah hingga Rp281 juta per bulan.
Baca Juga
Kata dia, saat ini karyawannya bahkan tidak hanya menggunakan transaksi non tunai saat penggunan di tol saja, namun saat membeli bensin hingga membeli susu di toko retail.
Dia menyayangkan, semangat yang sudah dimiliki pihaknya tidak disambut baik oleh beberapa oknum yang sengaja mencegah transaksi non tunai terjadi.
“Ada yang mengatakan kalau mesin EDC gak bisa dipakai atau meledak jika ditaruh di kasir, yang jelas tantangannya sangat banyak,” katanya.
Padahal menurutnya, berkat Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), pihaknya mampu melakukan penghematan atas nominal-nominal rupiah yang terpaksa hilang akibat tidak ada uang kembalian.
“Gerakan ini nyata kok buktinya kami bisa menghemat uang yang sebelumnya hilang,” sebutnya.
Sementara, GM Prasarana Airport Travel Agency I Wayan Sukses mengatakan pihaknya masih kesulitan menggunakan fasilitas Gerbang Tol Otomatis (GTO) seperti kesulitan tapping kartu non tunai. Dia mengharapkan adanya penjagaan di masing-masing GTO sehingga memudahkan pengguna tol saat menemukan kendala.
“Bagaiamana masyarakat yang menggunakan bisa jauh lebih mudah,” sebutnya.