Mencari Soekarno-Hatta
Menurut buku komik "Peristiwa Sekitar Proklamasi" yang diterbitkan Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Ahmad Soebardjo baru mengetahui Soekarno-Hatta hilang dari Jakarta setelah mendapat laporan dari sekretaris pribadinya sekitar pukul 08.00 WIB.
Soebardjo, yang bekerja di Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang, kemudian menelepon Markas Angkatan Laut Jepang. Dia meminta berbicara dengan Shigetada Nishijima, salah seorang penerjemah bagi Laksamana Muda Tadashi Maeda, untuk memberitahukan Soekarno-Hatta hilang.
Setelah itu, Soebardjo juga menemui Maeda secara pribadi di rumahnya untuk membicarakan keberadaan Soekarno-Hatta. Soebardjo khawatir Soekarno-Hatta diculik penguasa militer Jepang dan keselamatannya terancam, karena itu dia meminta bantuan Maeda.
Pada saat itu, Angkatan Laut Jepang memang memiliki sikap yang berbeda dengan Angkatan Darat Jepang. Angkatan Laut terlihat lebih simpati dengan usaha kemerdekaan Indonesia, daripada Angkatan Darat yang lebih keras.
Maeda juga terkejut dengan Soekarno-Hatta yang dinyatakan hilang. Dia sendiri khawatir hal itu akan menyebabkan keresahan besar di antara orang-orang Indonesia. Maeda berjanji akan membantu mencari Soekarno-Hatta dan memerintahkan Nishijima mencari informasi.
Maeda kemudian pergi ke markas penguasa militer Jepang untuk menanyakan keberadaan Soekarno-Hatta. Ternyata mereka juga tidak tahu di mana Soekarno-Hatta.
Dalam "Seputar Proklamasi Kemerdekaan" (2015) pada bagian "Kesaksian Shigetada Nishijima", setelah mendengar dari Soebardjo tentang Soekarno-Hatta yang hilang, Nishijima kemudian melapor kepada Maeda.
Nishijima kemudian mencari informasi keberadaan Soekarno-Hatta sesuai perintah Maeda. Dia mendatangi Wikana, yang juga bekerja di Kantor Penghubung Angkatan Laut Jepang, di rumahnya untuk menanyakan apakah dia tahu keberadaan Soekarno-Hatta.
Wikana menjawab tidak tahu. Namun, Nishijima menangkap kegugupan dan kegelisahan Wikana, sehingga terus mendesaknya.