Kabar24.com, PADANG—Bank Indonesia menyarankan Pemerintah Provinsi Sumatra Barat menggarap sektor pariwisata dan perikanan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru, menyusul terpuruknya sektor pertanian.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko menyebutkan sudah saatnya pemda memperluas pengembangan produksi dengan memaksimalkan potensi pertumbuhan ekonomi baru.
“Kami melihat pariwisata dan perikanan bisa dimaksimalkan sebagai sumber pertumbuhan ekonomi baru,” katanya, Jumat (4/8/2017).
Menurutnya, jika pemda ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sumber-sumber ekonomi baru harus digarap maksimal, dengan tetap tidak meninggalkan sektor yang selama ini menjadi andalan.
Sumbar, imbuhnya, memiliki potensi yang besar di sektor pariwisata dan perikanan, namun belum digarap secara maksimal. Selama ini, sumber pertumbuhan masih mengandalkan pertanian dan perdagangan.
Dia mengungkapkan untuk pariwisata sudah terlihat komitmen daerah dengan membenahi sejumlah infrastruktur destinasi wisata dan menggelar berbagai kegiatan penunjang serta promosi.
Baca Juga
Pengembangan sektor pariwisata hanya perlu grand desain dan keterlibatan seluruh stakeholders dan masyarakat kawasan wisata agar berkontribusi terhadap kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi daerah.
Sedangkan untuk perikanan, dia menilai Sumbar memiliki fishing ground yang luas dan potensial dikembangkan untuk perikanan tangkap. Begitu juga dengan perikanan budidaya yang belum termanfaatkan dengan baik.
Puji mengungkapkan pertanian sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi Sumbar perlu menjadi perhatian serius pemerintah daerah. Termasuk mendorong pembiayaan perbankan ke sektor itu.
Apalagi, dalam beberapa bulan terakhir, perkembangan nilai tukar petani (NTP) cenderung mengalami penurunan.
“Kecenderungannya [NTP] memang turun. Ini perlu jadi perhatian untuk ketahanan pangan kita. Kalau di bawah 100 [garis hitung NTP 2012], itu artinya lebih buruk dari tahun 2012,” ujar Puji.
Menurutnya, kecenderungan penurunan NTP berkolerasi terhadap menurunnya tingkat kesejahteraan petani. Karena, pendapatan petani lebih kecil dari biaya hidup yang dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan petani.
Sukardi, Kepala Badan Statistik (BPS) Sumbar mengatakan NTP Sumbar per Juli 2017 turun 0,87% dari bulan sebelumnya atau hanya 95,82 masih di bawah angka 100 sebagai patokan NTP untuk mengukur kesejahteraan petani.
“NTP Sumbar bulan Juli lebih turun 0,87% dari bulan sebelumnya. Jadi kecederungannya menurun,” kata Sukardi.
Dia menuturkan subsektor NTP, yakni tanaman pangan juga turun 1,22% menjadi 92,05 dari bulan sebelumnya 93.19. Kemudian subsektor tanaman perkebunan rakyat turun 2,02% menjadi 97,41 dari bulan sebelumnya 99,41.
Lalu, subsektor holtikultura naik 0,39% menjadi 86.00, subsektor peternakan naik 0,19% menjadi 105,43, dan subsektor perikanan naik 0,42% menjadi 110,72.