Bisnis.com, WASHINGTON—Amerika Serikat (AS) mengancam akan memutuskan hubungan dagang dengan negara yang terus melakukan bisnis dengan Korea Utara (Korut), setelah negara itu melakukan ujicoba rudal balistik ICBM awal pekan ini.
Ancaman itu dikeluarkan oleh Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Nikki Haley dalam pertemuan darurat PBB, Rabu (5/7/2017) waktu setempat.
Ancaman Haley itu secara tak langsung ditujukan kepada China yang memiliki nilai perdagangan yang besar dengan Korut. Haley juga menuding Beijing gagal mengendalikan rezim Kim Jong Un tersebut.
"Ada negara-negara yang mengizinkan, bahkan mendorong aktivitas perdagangan dengan Korut. Padahal Korut terbukti melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Negara-negara semacam itu saya jamin tidak akan bisa melanjutkan kerjasama dagangnya dengan AS,” kata Haley, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (6/7/2017).
Haley mengatakan pihaknya akan mengumumkan sebuah proposal terkait respon AS terhadap aksi Korut tersebut dalam beberapa hari ke depan. Dia menolak untuk merinci isinya proposal tersebut.
Namun dia hanya mengatakan bahwa proposal itu akan mengajak masyarakat internasional untuk memberlakukan saksi ekonomi berupa rekayasa nilai tukar mata uang Korut dengan negara lain, membatasi aliran minyak dan meningkatkan pembatasan hubungan udara dan maritim dengan negara tersebut.
“Pemerintah AS bersedia melakukan kebijakan itu sendirian jika negara lain tidak mau bergabung," tegas Haley.
Sejumlah kalangan menilai, ancaman Haley itu akan memperburuk hubungan AS dan China. Putusnya hubungan daganga kedua negara akan membuat ancaman ekonomi global baru, mengingat besarnya pengaruh mereka di dunia.
Beijing dan Washington juga akan direpotkan karena tingginya saling ketergantungan kedua negara di sektor ekonomi. Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), nilai perdagangan AS dengan China telah mencapai US$600 miliar tahun lalu.
Sementara itu, selain China, negara lain yang memiliki nilai perdagangan yang besar dengan Korut a.l. India, Rusia, Filipina, Thailand dan Pakistan
"Kami akan melihat negara mana yang memilih berbisnis dengan rezim penjahat ini (Korut). Kami tidak akan memiliki kesabaran untuk mengulur-ulur waktu atau bernegosiasi dalam waktu lama,” lanjutnya.
Ancaman yang keras juga telah dikeluarkan oleh Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson sebelumnya. Dia menyebut aksi Korut itu sebagai ancaman global, sehingga dia meminta tindakan secara global pula kepada Korut.
"Setiap negara yang menjadi tuan rumah bagi pekerja dari Korea Utara, telah memberikan keuntungan ekonomi atau militer bagi negara tersebut. Negara-negara itu juga secara otomatis gagal menerapkan sepenuhnya resolusi Dewan Keamanan PBB karena telah membantu dan bersekongkol dengan rezim yang berbahaya," kata Tillerson.