Bisnis.com, PADANG—Inflasi Sumatra Barat per Juni 2017 sebesar 0,32% dinilai stabil dan relatif terkendali. Apalagi Ramadan tahun lalu inflasi daerah itu bahkan menyentuh 1,52%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumbar Puji Atmoko menyebutkan inflasi daerah itu selama Ramadan cukup terkendali, bahkan lebih rendah dari tahun sebelumnya.
“Ramadan tahun ini cukup terkendali hanya 0,32%, jauh lebih rendah dari Ramadan tahun lalu yang mencapai 1,52%,” ujarnya, Selasa (4/7/2017).
Menurutnya, secara umum pengelolaan inflasi di Sumbar berjalan baik. Terutama, untuk komoditas pangan yang cenderung mengalami penurunan harga selama Ramadan.
Padahal, momen Ramadan dan Lebaran di Sumbar selama ini selalu diikuti melambungnya harga komoditas pokok seperti cabai merah, bawang merah, beras, gula pasir, dan kebutuhan lainnya yang menyebabkan inflasi tinggi.
Adapun, laju inflasi tahun kalender Sumbar sampai Juni sebesar 0,30% atau masih berada di bawah inflasi nasional 2,38%.
Baca Juga
Sementara, secara year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat 5% atau di atas nasional yang hanya 4,37%.
Puji mengungkapkan inflasi bulanan Sumbar merupakan yang terendah ketiga secara nasional di bawah Sumatra Utara 0,26% dan Riau 0,27%.
Lebih lanjut Puji menjelaskan, inflasi Sumbar disumbang oleh kenaikan harga barang yang diatur pemerintah (administered price) dan kenaikan harga kelompok inti (core).
Inflasi dari komoditi yang diatur pemerintah yakni kenaikan tarif dasar listrik yang mencapai inflasi 1,63%.
Selain itu, juga dari tarif angkutan udara yang memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08%.
Sedangkan kelompok bahan pangan bergejolak atau volatile food justru mengalami deflasi sebesar 0,58%.
Deflasi itu dipicu melimpahnya pasokan cabai merah dan bawang merah dari Jawa maupun sentra produksi pertanian di Sumbar.
Puji meyakini tekanan inflasi tahun ini lebih stabil dengan perkirakan inflasi di kisaran 4% plus minus 1%.
Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumbar Sukardi menyebutkan kenaikan harga tiket pesawat saat momen Lebaran ikut berperan mengerek laju inflasi daerah itu.
“Karena bertepatan dengan Lebaran, harga tiket pesawat naik berkali lipat dan memberikan andil cukup besar bagi inflasi,” katanya.
Dia menyebutkan tarif angkutan udara berkontribusi 0,10% terhadap laju inflasi Kota Padang yang sebesar 0,34% dan mengalami perubahan dari bulan sebelumnya sebesar 6,91%.
Menurutnya, tingginya permintaan tiket pesawat karena adanya tradisi mudik Lebaran di daerah itu, membuat harga tiket melambung tinggi. Bahkan kenaikan harga tiket pesawat di atas 200%.
Selain tiket pesawat, inflasi daerah itu juga disumbang peningkatan tarif listrik, daging ayam ras, tarif angkutan antar kota, jengkol, dan rokok kretek.
Sedangkan komoditas pangan yang selama ini kerap menyebabkan inflasi, justru mengalami penurunan harga seperti cabai merah, bawang merah, beras, bawang putih, dan gula pasir.
Adapun, inflasi dua kota yang menjadi barometer ekonomi Sumbar sepanjang bulan Juni tercatat Kota Padang mengalami inflasi 0,34% dan Bukittinggi 0,20%.
Sementara itu, laju inflasi tahun kalender sampai Juni, Kota Padang mengalami inflasi 0,40% dan Bukittinggi masih mencatatkan deflasi 0,41%.
Secara tahunan jika dibandingkan dengan periode Juni tahun lalu, makan inflasi Padang mencapai 5,20% dan Bukittinggi 3,46%.