Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia menyatakan komoditas bahan pangan tidak akan menjadi penyumbang inflasi Jawa Timur menjelang puasa dan hari raya Idul Fitri.
Kepala Perwakilan BI Jatim Difi Ahmad Johansyah menegaskan pasokan bahan pangan di provinsi ini aman menjelang puasa. Dengan demikian tidak ada alasan untuk naiknya harga beberapa komoditas pangan.
"Di Jatim defisit hanya kedelai dan bawang putih. Yang lain surplus," ujarnya kepada Bisnis.com, Jumat (19/5/2017).
Pada April 2017, Jatim mencatatkan inflasi 0,29% atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang sebesar 0,09%.
Komoditas utama yang memberikan andil terbesar terjadinya inflasi di Jatim adalah dicabutnya subsidi listrik daya 900 watt sehingga tarif listrik naik, serta naiknya harga daging ayam ras dan bawang putih dan emas perhiasan.
Sementara komoditas yang andil terjadinya deflasi adalah turunnya harga cabe rawit,bawang merah dan makanan pokok beras.
Difi menyatakan pihaknya akan terus memantau dampak dari kenaikan administered price atau harga-harga yang diatur pemerintah, seperti penaikan tarif listrik baru-baru ini terhadap inflasi Jatim.
"[Administered price] ini faktor yang bisa mendorong inflasi tinggi. Kalau bahan pangan insyaAllah pasokan bagus," tegas Difi.
Adapun, pihaknya berharap inflasi Jatim sepanjang tahun ini minimal sama dengan tahun lalu. Pada kuartal akhir 2016, inflasi Jatim tercatat sebesar 2,74% year on year (y-o-y) atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,02%.
“Inflasi bulanan Jatim biasanya di bawah inflasi nasional, termasuk menjelang puasa dan lebaran. Jatim memang diharapkan oleh pemerintah pusat untuk inflasi rendah atau deflasi karena kontribusinya cukup besar,” ujarnya.