Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aktivis Greenpeace Pasang Spanduk di Eiffel Tolak Marine Le Pen

Para pendaki lembaga swadaya masyarakat penyuara isu lingkungan hidup Greenpeace membentangkan satu spanduk bertuliskan slogan Republik Prancis Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan dan kata tolak di Menara Eiffel, Paris, Jumat (5/5).
Aktivis Greenpeace membentangkan spanduk yang mengarah anti-gerakan calon Presiden Prancis Marianne Le Pen di Menara Eiffel, Paris, Ibu Kota Prancis, pada hari teakhir kampanye, Jumat (5/5/2017). (greenpeace.org)
Aktivis Greenpeace membentangkan spanduk yang mengarah anti-gerakan calon Presiden Prancis Marianne Le Pen di Menara Eiffel, Paris, Ibu Kota Prancis, pada hari teakhir kampanye, Jumat (5/5/2017). (greenpeace.org)

Kabar24.com, PARIS - Para pendaki lembaga swadaya masyarakat penyuara isu lingkungan hidup Greenpeace membentangkan satu spanduk bertuliskan slogan Republik Prancis "Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan" dan kata "tolak" di Menara Eiffel, Paris, Jumat (5/5).

Pesan itu bertujuan untuk mendesak warga agar tidak memberikan suara pada kandidat sayap kanan Marine Le Pen dalam pemilihan presiden pada Minggu.

"Kami ingin mengatakan bahwa kami menentang bangkitnya nasionalisme dan otoritarianisme di Prancis dan di negara lain. Ini adalah cara kami mengingatkan semua orang bahwa mereka harus bergerak untuk mempertahankan nilai-nilai kebebasan kesetaraan dan persaudaraan ini," kata Jean-Francois Julliard, kepala kelompok advokasi di Prancis, kepada stasiun radio publik.

Le Pen melawan pesaing dari kelompok tengah Emmanuel Macron pada Pemilihan Umum Presiden Prancis babak kedua pada 7 Mei 2017.

Macron oleh sejumlah kalangan diprediksikan menang dan menjadi Presiden Prancis selama lima tahun mendatang menggantikan Presiden Francois Hollande, yang tidak bersedia mencalonkan diri lagi.

Aksi Greenpeace itu dilakukan di hari terakhir kampanye Pemilihan Umum Presiden Prancis.

Pada awal April 2017, rakyat Perancis pergi ke tempat-tempat pemungutan suara dalam pemilihan presiden yang sengit dan krusial bagi masa depan Eropa, sekaligus disaksikan secara seksama dari kemarahan terhadap kemapanan politik para pemilih.

Hampir 47 juta pemilih di Prancis, di bawah keamanan yang ketat, apakah bakal mendukung seorang pendatang baru yang pro-Uni Eropa sentris Macron, konservatif veteran yang menginginkan pengeluaran publik, pengagum Fidel Castro, atau justru memilih presiden wanita pertama Prancis, Le Pen, yang dalam kampanyenya menyuarakan bakal menutup semua perbatasan negaranya dan menyingkirkan mata uang euro.

Hasil pemilihan presiden itu dipantau di seluruh dunia sebagai isyarat apakah kubu populis yang melihat pemungutan suara di Inggris untuk meninggalkan UE dan pemilihan Donald Trump di Amerika Serikat (AS) masih hangat atau mulai surut, demikian laporan Reuters.

Emmanuel Macron, 39, pria mantan bankir berhaluan tengah, yang membentuk partainya setahun lalu, merupakan calon favorit sesuai jajak pendapat untuk menang dalam babak pertama dan mengalahkan Ketua Front Nasional berhaluan kanan jauh, Marine Le Pen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Editor : Fajar Sidik
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper