Bisnis.com, MANADO -- Bank Indonesia (BI) memproyeksi tingkat inflasi di Kota Manado bakal tetap berada dalam tren rendah sepanjang Mei 2017 setelah pada April 2017 lalu mencatat deflasi 0,02%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, dalam tiga bulan berturut-turut, Manado memang mencetak inflasi sehingga dalam tahun berjalan inflasi mencapai 2,51% dan 3,93% secara tahunan. Di April 2017, inflasi tahunan Kota Manado mencapai 4,83% atau lebih tinggi dari level nasional sebesar 4,17%.
Soekowardojo, Kepala Perwakilan BI Sulawesi Utara, mengatakan deflasi yang terjadi pada April 2017 dipicu oleh tekanan kelompok harga volatile food seiring dengan normalnya pasokan bahan pangan strategis. Untuk diketahui, selama kuartal I/2017, harga bahan pangan cabai rawit dan tomat sayur menjadi kontributor utama kenaikan harga bahan pangan.
Baca Juga
Di sisi lain, kelompok harga yang disesuaikan atau administered prces menguat seiring penyesuaian tarif listrik 900 VA. Adapun, kelompok inti tekanan harga juga relatif menurun meski dalam besaran yang terbatas, dipicu oleh kelompok inti traded maupun non traded.
"Memasuki Mei 2017, Bank Indonesia memperkirakan tekanan inflasi Sulut akan berada di elvel rendah, dipegnaruhi oleh lanjutan masa panen serta potensi terjadinya koreksi harga tomat sayur yang telah berada titik tertinggi selama beberapa bulan ke belakang," jelas Soekowardojo dalam keterangan tertulis yang diterima Bisnis.com, Rabu (3/5/2017).
BI menilai, deflasi yang terjadi pada April 2017 bakal mendukung pencapaian target inflasi Sulut 2017 sebesar 4+-1%. Namun, potensi administered price yang semakin besar pada tahun ini menurut BI perlu disikapi bersama dengan memperkuat pengendalian inflasi panngan. Untuk mengendalikan inflasi pangan, BI dan Pemerintah Kota Manado telah mencanangkan gerakan barito atau batanang rica dan tomat di kalangan masyarakat dan aparatur sipil negara.