Bisnis.com, JAKARTA - Universitas Indonesia menjadi juara seleksi nasional dalam pertandingan peradilan semu sehingga kembali mewakili Indonesia di tingkat internasional Philip C. Jessup (Jessup Cup) di Washington DC yang digelar pada April 2017.
"Tahun ini merupakan ke-15 kalinya diadakan seleksi nasional yang digelar di Universitas Gadjah Mada pada 9-11 Februari," kata Howard J. Tigris, pelatih tim UI kepada Bisnis.com belum lama ini.
UI bukan yang pertama mewakili Indonesia karena sejak 2001, tim UI hanya gagal satu kali menjadi representasi Indonesia di kompetisi ini. Nama Indonesia dan Tim UI pun telah menjadi salah satu kompetitor kuat yang disegani dan ditakuti universitas-universitas ternama dunia.
Prestasi terbaik tim UI adalah sbb:
Pertama, meraih penghargaan speaker terbaik ke-1 dari seluruh peserta pada 2007 oleh Hanna Azkiya.
Kedua, meraih penghargaan speaker terbaik ke-3 dari seluruh peserta pada 2008 oleh Rivana Mezaya.
Ketiga, mencapai babak 16 besar (octofinals) pada 2004, 2008, 2013, dan 2016.
Keempat, meraih penghargaan Alona E. Evans untuk berkas terbaik pada 2016.
Kelima, menduduki posisi ke-7 dunia pada 2016, melewati skor universitas dunia ternama seperti Kings College London, Harvard University, University of Pennsylvania, dan University of Queensland Australia.
Tim UI di Washington DC 2015
Howard menjelaskan bahwa kompetisi Peradilan Semu Hukum Internasional Philip C. Jessup (Jessup Cup) adalah pertandingan hukum yang diadakan setiap tahunnya di Washington DC, AS, oleh International Law Students Association (ILSA).
Terbesar di Dunia
Jessup Cup merupakan pertandingan hukum terbesar yang diikuti lebih dari 550 tim dari 80 negara. "Ini juga pertandingan hukum tertua dan tahun ini sudah ke-58 kalinya digelar."
Perlombaan ini mensimulasikan sesi pengadilan di hadapan Mahkamah Internasional (International Court of Justice). Para pesertanya seolah-olah menjadi pengacara dan hakim dari negara yang berperkara menghadapi negara lain.
Para peserta diberikan kasus posisi terlebih dahulu antara dua negara fiksional yang berperan sebagai pemohon (applicant) dan termohon (respondent). Tim dituntut untuk membuat berkas tertulis bagi kedua belah pihak. "Ini memerlukan persiapan yang matang dan menguji kemampuan riset hukum dan membuat dokumen hukum para peserta."
Setelah memberikan berkas, para peserta akan membawa argumentasi secara lisan di hadapan panelis hakim dan juga tim yang berperan sebagai pihak lawan.
Menurut Howard, diperlukan pengetahuan hukum internasional yang dalam dan persuasi dalam berargumen karena panel hakim dapat menanyakan pertanyaan kapan pun ketika tim sedang membawakan argumen masing-masing.
Tahun ini, tema yang diusung adalah mengenai pembagian penggunaan air yang terletak di perbatasan dua negara, perlindungan kompleks budaya dunia (world heritage site), perlindungan objek kultural, dan isu pengungsi.
Sebelum tampil ke tingkat internasional, diadakan kompetisi nasional untuk menyeleksi universitas yang berhak mewakili Indonesia.
Pelatih Termuda
Howard menjelaskan pengalamannya sebagai salah satu perwakilan Indonesia ke Jessup Cup yang dimulai pada 2014. Ia merasa tertantang untuk mendaftar dan akhirnya terpilih. "Ini adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat," katanya.
Setelah terpilih pada 2014-2015, ia merasakan kerasnya perlombaan hingga harus latihan sampai dinihari. Pagi harinya harus kuliah yang berlangsung selama 7 bulan. Ketika itu tim UI mencapai 32 besar Jessup Cup, kenangnya.
Pada usianya yang 19 tahun, ia menjadi pelatih termuda di dunia. Bersama Subarkah Syafrudin dan Greita Anggraeni, ia menargetkan UI menjadi juara Jessup tingkat internasional.