Kabar24.com, JAKARTA - Direktur Medis dan Keperawatan RSUP Dr Sardjito Rukmono Siswishanto menyatakan sampai saat ini pihaknya hanya menangani satu orang pasien yang dirawat intensif dengan mengarah atau diduga mengidap antraks.
“Isu yang berkembang yang menyatakan RSUP Dr Sardjito saat ini menangani 15 orang warga Kulon Progo menderita antraks itu tidak benar. Kami hanya merawat satu pasien ini saja yang menderita meningitis,” katanya dalam konferensi pers, Sabtu (21/1/2017). Informasi ini dikutip Bisnis.com melalui akun Twitter resmi Kemenkes pada hari yang sama.
Rukmono menggelar konpers di Ruang Bulat Gedung Administrasi Pusat RSUP Dr Sardjito untuk menanggapi beredarnya berita di sosial media mengenai antraks.
Hadir dalam konpers tersebut antara lain Rukmono Siswishanto didampingi Noornaningsih selaku Kepala Pediatric Intensive Care Unit (PICU), Kepala Bagian Hukum dan Humas Trisno Heru Nugroho dan Kepala Sub Bagian Hukum Banu Hermawan.
Noornaningsih mengatakan RSUP Dr Sardjito pada 31 Desember 2016 telah menerima pasien kiriman dari RSUD Sleman dengan penurunan kesadaran disertai kejang yang datang melalui instalasi gawat darurat (IGD).
Saat itu juga pasien ditangani kejangnya, selanjutnya dipindah ke unit PICU. Penanganan lebih lanjut di PICU anak, pasien dilakukan serangkaian pemeriksaan dan anamnesa sehingga diperoleh diagnosis adanya infeksi selaput otak.
Pada saat perawatan, anak tersebut mengalami infeksi otak, demam, kejang, dan penurunan kesadaran. Tim medis PICU selanjutnya melakukan terapi untuk penanganan infeksi otaknya serta melakukan pengambilan sampel cairan otak.
Noornaningsih mengungkapkan bahwa pasien sejak masuk tidak memiliki respons napas dengan baik, sehingga dipasang ventilator (alat bantu napas) sejak masuk IGD serta diberikan antibiotik yang sesuai dan dilakukan pula cek laboratorium. Di dalam perawatan enam hari tersebut, tidak ada tanda-tanda perbaikan dan pada 6 Januari 2017 anak tersebut meninggal dunia.
Selama rawat inap, lanjutnya, pasien tersebut telah dilakukan pula CT Scan kepala, ternyata diketahui adanya kelainan di kepala berupa infeksi otak. Adapun, hasil laboratorium darah (kultur) yang hasilnya baru keluar setelah pasien meninggal, menunjukkan adanya infeksi bakteri.
Dengan demikian selama dalam perawatan, lanjutnya, pasien ini didiagnosis menderita meningitis (radang otak). Adapun hasil tes kultur yang memang dalam pengecekannya cukup lama, diperoleh bakteri bacillus anthracis. “Namun demikian, RSUP Dr Sardjito masih perlu melakukan serangkaian pemeriksaan lebih detail lagi untuk memastikan bakteri itu adalah antraks,” ujar Noornaningsih.
Selain itu, dia mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk tidak perlu khawatir berlebihan sebab RSUP Dr Sardjito dinyatakan aman untuk berkunjung maupun berobat bagi masyarakat. “Petugas kami yang langsung berhadapan dengan satu pasien tersebut. Buktinya baik-baik saja sampai saat ini,” lanjutnya.
Trisno menambahkan surat resmi yang sempat beredar di medsos tersebut masih dalam pelacakan pihaknya. Menurutnya, setiap surat yang keluar dari rumah sakit pasti menggunakan kop asli dengan logo berwarna biru dan kuning untuk logo rumah sakit.