Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

EKONOMI BANTEN: Inflasi Inti dan Administered Price Genjot Inflasi

Komponen inflasi inti dan administered price bakal berkontribusi signifikan dalam memompa inflasi ketimbang komponen volatile foods pada tahun mendatang.
Belanja di pasar/Antara
Belanja di pasar/Antara

Bisnis.com, TANGERANG—Komponen inflasi inti dan administered price bakal berkontribusi signifikan dalam memompa inflasi ketimbang komponen volatile foods pada tahun mendatang.

Tekanan kedua komponen tersebut, terutama yang didorong oleh kenaikan progresif cukai dan harga rokok, harga bahan bakar minyak, dan pencabutan subsidi listrik diprediksi akan menggenjot inflasi tahun depan.

“Untuk tahun ini, komponen volatile foods berkontribusi dominan terhadap kenaikan inflasi. Pasalnya, anomali cuaca menyebabkan musim hujan berkepanjangan sehingga mengganggu produksi padi dan holtikultura, sedangkan tahun ini kenaikan inflasi akibat kebijakan pemerintah,” kata Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Banten Jaih Ibrahim kepada Bisnis.com, Selasa (6/12/2016).

Setidaknya, pemerintah pusat akan membuat dua kebijakan yang terkait dengan sektor energy yakni pencabutan subsidi listrik menaikkan tarif listrik konsumen dengan daya 900 Volt Ampere (VA).

Nantinya, kenaikan tersebut akan dilakukan secara bertahap sebanyak tiga kali pada 2017 yakni Februari, Maret-April, dan Mei.

Risiko komponen administered price lainnya dalam memompa inflasi 2017 yaitu kebijakan distribusi tertutup untuk gas LPG 3 kg kepada golongan masyarakat miskin.

Sebaliknya, komponen inflasi inti akan dipengaruhi oleh meningkatnya konsumsi menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi Banten dan perayaan Idulfitri

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten memprediksi inflasi 2017 berkisar di angka 4,5%-4,8%, atau naik dibandingkan perkiraan inflasi tahun ini yang dipatok 2,8%-3,1%.

”Untuk kontribusi kenaikan tarif listrik, terus terang kami belum menghitungnya tetapi kenaikan inflasi bersumber dari kenaikan itu,” kata Kepala BI Provinsi Banten Budiharto Setyawan.

Khusus komponen volatile foods, Budiharto mengungkapkan pengaruhnya akan mulai reda pada tahun 2017 dibandingkan tahun ini. Hal tersebut didorong oleh penurunan intensitas curah hujanatau fenomena La Nina.

Mengutip informasi dari Stasiun Klimatologi Pondong Betung, curah hujan akan mulai berkurang pada tahun depan dan bakal memperbaiki produksi tanaman pangan.

Harga daging dan telur ayam ras juga diperkirakan bergerak stabil sejalan dengan tingkat konsumsi masyarakat dan tidak akan mengalami fluktuasi ekstrim sepanjang 2015-2016.

Tingkat inflasi akibat harga daging sapi juga diprediksi relatif stabil dengan dibukanya kebijakan impor sapi.

Untuk memenuhi produksi dalam negeri, khususnya konsumsi Banten, Pemerintah Provinsi Banten berencana membangun pelabuhan khusus ternak dengan Australia untuk mengamankan stok daging di dalam negeri, sekaligus berpeluang untuk diekspor.

Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Banten pada 2015 mencatat produksi daging sapi mencapai 38.326 ton dengan konsumsi sebanyak 27.019 ton. Data tersebut menunjukkan Banten masih memiliki surplus ketersediaan daging sapi hingga 11.307 ton pada periode yang sama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper