Kabar24.com, JAKARTA - Ketua Setara Institute Hendardi menilai kehadiran Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam aksi damai 212 adalah preseden buruk.
Sebab, sikap itu bertolak belakang atas aksi Kamisan yang diselenggarakan hingga ratusan kali oleh korban dan keluarga korban pelanggaran hak asasi manusia (HAM). Selain itu, kemunculannya juga menunjukkan sikap kompromi dengan beberapa elite kelompok intoleran yang sudah berulang kali melakukan aksi kekerasan.
"Kerumunan massa telah menjadi sumber legitimasi dan kebenaran baru untuk menentukan proses hukum dan pengambilan keputusan politik," kata Hendardi dalam keterangan tertulis, Jumat (2/12/2016).
Meski begitu, Hendardi memahami sikap Jokowi karena itu pilihan pragmatis yang dia miliki untuk menunjukkan situasi tetap kondusif. Kemunculan Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla bersama sejumlah pejabat di tengah massa Aksi 212 adalah simbol stabilitas keamanan dan politik.
Adapun massa yang telah memadati Lapangan Monas, Jakarta sejak pagi memegang janjinya untuk melaksanakan aksi dengan super damai. Setelah Salat Jumat, sesuai janjinya, massa membubarkan diri. Tidak ada kericuhan yang dilaporkan dari aksi lanjutan 4 Novemver 2016 itu.