Kabar24.com, BOGOR - Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menunggu langkah Malaysia untuk mengamankan perairan mereka dari gerombolan Abu Sayyaf. Hal itu dia ungkapkan menyusul kembali terulangnya kasus penculikan terhadap dua warga negara Indonesia (WNI) di daerah Sabah, Malaysia.
Menurutnya, langkah dari Malaysia cukup penting untuk mencegah supaya gerakan para milisi yang acapkali membayakan aktivitas pelayaran di wilayah yang berbatasan dengan Indonesia dan Filipina tersebut kembali terulang.
“Itu kan (lokasi penculikan) berada di daerah Malaysia, kapal juga milik Malaysia. Tetapi memang sejauh ini sekitar 600 keluarga yang bekerja di daerah tersebut,” kata Wiranto di Bogor, Rabu (23/11/2016).
Dia menjelaskan khusus di wilayah Indonesia hal itu tidak ada masalah. Sejumlah gangguan boleh dikatakan tidak ada. Langkah strategis juga sudah dilakukan misalnya dengan melakukan pengawalan bersenjata jika ada pelayaran yang melewati wilayah rawan tersebut.
“Di kita tidak ada masalah. Karena kita sudah menerapkan sistem keamanan di wilayah itu, pengawalan bersenjata juga sudah berjalan,” jelasnya.
Purnawirawan Jendral bintang empat itu menambahkan, mereka kini tengah menjalin komunikasi dengan pemerintah negeri jiran tersebut untuk menyelesaikan kasus itu secara bilateral. “Kita sedang mengupayakan melalui hubungan bilateral dengan Malaysia melalui Kementerian Luar Negeri (Kemenlu),” kata Wiranto.
Menkopolhukam juga enggan membeberkan langkah apa saja yang bakal dilakukan untuk membebaskan dua orang WNI yang menjadi sandera tersebut. Termasuk pilihan untuk memaksa otoritas Malaysia tegas menghadapi para gerombolan bersejata yang beroperasi di perairan Sabah dan Filipina Selatan itu. “Ya nanti tunggu saja,”ujarnya.
Sebelumya, pada Sabtu (19/11) lalu dua nelayan asal Indonesia kembali disandera oleh gerombolan bersenjata. Mereka disandera saat sedang mencari ikan menggunakan kapal milik sebuah perusahaan di Sabah, Malaysia dengan kapal bernomor VW 1738.