Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Minta Pengadilan Tunda Gugatan Hingga Usai Pelantikan

Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump meminta sebuah pengadilan, atas kasus yang diajukan oleh mantan mahasiswa Universitas Trump yang saat ini ditutup, untuk ditunda hingga pelantikan presiden mendatang, menurut pengacaranya pada Sabtu (12/11/2016) malam.
Presiden ke-45 Amerika Serikat Donald Trump menyapa para pendukungnya, di Manhattan, New York, Rabu (9/11)./REUTERS-Mike Segar
Presiden ke-45 Amerika Serikat Donald Trump menyapa para pendukungnya, di Manhattan, New York, Rabu (9/11)./REUTERS-Mike Segar

Bisnis.com, CHICAGO - Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump meminta sebuah pengadilan, atas kasus yang diajukan oleh mantan mahasiswa Universitas Trump yang saat ini ditutup, untuk ditunda hingga pelantikan presiden mendatang, menurut pengacaranya pada Sabtu (12/11/2016) malam.

Sebuah proses pengadilan di pengadilan federal San Diego atas klaim mantan mahasiswa Universitas Trump, yang merasa bahwa mereka ditipu atas serangkaian seminar perumahan yang dijadwalkan akan dimulai pada 28 November. Namun pengacara Trump, Daniel Petrocelli mengatakan bahwa presiden terpilih perlu untuk "menyerahkan seluruh waktu dan perhatiannya kepada proses transisi".

Trump dijadwalkan akan mulai menjabat pada 20 Januari 2017.

"Sebanyak 69 hari hingga waktu pelantikan itu penting dan seluruhnya menghabiskan waktu," Petrocelli mengatakan dalam pengajuannya. Ia berpendapat bahwa presiden terpilih sebaiknya tidak diwajibkan menghadiri pengadilan pada saat itu.

Petrocelli telah mengatakan dalam sebuah pemeriksaan di San Diego pada Kamis bahwa dia akan mengajukan penundaan, meskipun hakim wilayah AS Gonzalo Curiel, yang menanggapi kasus itu, mengatakan kepada para pengacara bahwa dia tidak cenderung akan menunda kasus itu.

Kasus yang diajukan itu melibatkan para mahasiswa yang mengklaim bahwa mereka diiming-imingi janji palsu untuk membayar hingga 35.000 dolar AS (sekitar 400 juta rupiah) untuk mempelajari "rahasia" investasi perumahan Trump dari para instruktur yang "dia pilih langsung".

Trump memiliki saham Universitas Trump sebesar 92 persen dan memiliki kendali atas seluruh keputusan besar, menurut dokumen pengajuan pengadilan mahasiswa itu. Presiden terpilih itu menyangkal tuduhan tersebut dan berpendapat bahwa dia bergantung kepada pihak lain untuk mengatur bisnis itu.

Curiel juga menolak sementara permintaan presiden terpilih untuk menahan sejumlah pernyataan dari kampanye kepresidenan, yang termasuk serangan terhadap Curiel itu sendiri.

Trump menyinggung hakim itu bersifat bias terhadap dirinya. Dia mengklaim Curiel, yang lahir di Indiana namun keturunan warga Meksiko, tidak dapat bersifat netral dikarenakan adanya janji Trump saat kampanye yang akan membangun dinding antara AS dengan Meksiko.

Para pengacara Trump mengatakan bahwa Curiel sebaiknya disingkirkan dari tuduhan pengadilan terkait komentar pribadi Trump termasuk kasus tentang tuduhan pelecehan seksual, pajak dan kebangkrutan perusahaannya, begitu pula dengan pidato dan tulisan dalam akun Twitternya.

Curiel menangani dua kasus lainnya terkait Trump dan universitas itu. Sebuah kasus lain yang diajukan oleh pengacara umum New York masih ditunda.

Sementara para presiden memiliki kekebalan terhadap proses hukum yang datang dari tugas-tugas resmi mereka, Pengadilan Tinggi AS mengatakan bahwa kekebalan itu tidak mencakup apa yang dia lakukan sebelum menjabat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper