Bisnis.com, JAKARTA - Siapapun calon presiden yang akan memenangkan proses pemilu umum AS, diyakini tidak akan terlalu banyak memberikan pengaruh ke Indonesia.
Brian McFeeters, plt Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia mengatakan, posisi Indonesia sangat penting bagi AS. Untuk itu dia yakin siapapun presiden yang akan terpilih nanti, akan tetap menjaga hubungan baik dengan Indonesia.
"Indonesia tetap penting untuk AS. Sebagai salah satu negara ekonomi terbesar di Asia. AS akan tetap menjaga hubungan bilateral yang baik di masa depan. Siapapun presidennya," katanya, Rabu (9/11/2016).
Di sisi lain dia juga meyakini, hasil pemilu kali ini tidak akan memecah belah masyarakat AS. Pasalnya, dia percaya baik Hillary Clinton maupun Donald Trump akan bijaksana dalam menerima setiap hasil pemilu kali ini.
Seperti diketahui, dalam sejumlah kampanyenya Trump mengaku akan mengajukan banding apabila dia merasa ada kecurangan dalam proses pemilu. Hal ini dinilai oleh publik bakal memecah belah masyarakat AS.
Namun demikian, McFeeters menegaskan, proses pemilihan umum tidak akan berhenti pada pemilu publik pada 8 November ini saja.
Pemilu AS yang dijadwalkan dilakukan pada 8 November akan dilakukan dengan sistem the winner-takes-all. Kubu pemenang yang meraih suara lebih dari 50% di setiap negara bagian, berhak menggirimkan wakilnya untuk mewakili negara bagian tersebut untuk ikut dalam pemilihan umum di tingkat electoral college.
Dalam hal ini, jumlah orang yang berhak mewakili setiap negara bagian untuk ikut electoral college akan disesuaikan dengan jumlah penduduk dan luas wilayah negara bagian tersebut. California menjadi kawasan dengan jumlah wakil electoral college terbanyak yakni 55 orang.
Proses pemilu di tingkat electoral college sendiri akan dilakukan pada 19 Desember. Uniknya, para wakil yang dikirim ke tingkat ini, berhak mengganti arah dukungannya ke calon presiden lain. Peraturan ini berhasil membuat George W.Bush yang awalnya kalah dari Al Gore dalam pemilu umum, menjadi berbalik menang dalam electoral college pada 2000.
Dalam tahap terakhir ini, diperkirakan ketidakpastian akan kembali muncul. Pasalnya, setiap calon presiden harus memenangkan lebih dari 270 suara dari total 538 wakil yang akan ikut dalam electoral college.