Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Siap Kembangkan Sorgum di Lahan 1.000 Hektare

Menteri Pertanian melakukan pertemuan dengan Penggagas dan Pendamping Budidaya Sorgum di Flores, Maria Loretha untuk pengembangan sorgum di Nusa Tenggara Timur.
Menteri Pertanian melakukan pertemuan dengan Penggagas dan Pendamping Budidaya Sorgum di Flores, Maria Loretha  untuk pengembangan sorgum di Nusa Tenggara Timur./Bisnis
Menteri Pertanian melakukan pertemuan dengan Penggagas dan Pendamping Budidaya Sorgum di Flores, Maria Loretha untuk pengembangan sorgum di Nusa Tenggara Timur./Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian melakukan pertemuan dengan Penggagas dan Pendamping Budidaya Sorgum di Flores, Maria Loretha  untuk pengembangan sorgum di Nusa Tenggara Timur.

Pertemuan antara Mentan Andi Amran Sulaiman dan Maria Loretha, di Kantor Pusat Kementerian Pertanian (Kementan), Senin (3/10/2016), membahas sorgum lantaran tanaman itu  pangan pokok masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT), khususnya di Flores Timur, lembata, Manggarai Barat, Sumba Timur dan Ende.  Selain Maria, hadir juga Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Flores Timur Anton Sogen dan Direktur Yayasan Pembangunan Sosial Ekonomi Keuskupan Larantuka (Yaspensel), Romo Benjamin Daut PR

Mentan sangat mengapresiasi adanya pengembangan sorgum di lahan marginal sehingga menjadi pangan pokok masyarakat setempat dan masyarakat tidak lagi bergantung kepada beras. "Pengembangan sorgum harus terus dikembangkan sebagai pengganti terigu, pakan ternak dan salah satu bahan pangan untuk melakukan penganekaragaman pangan."

"Tahun ini kami akan segera kembangkan 1.000 hektar sorgum dan pasarnya akan disiapkan juga," kata Amran.

Maria Loretha mengatakan siap mengembangkan sorgum. Sebab, di Flores Timur, Lembata, Manggarai Barat, Sumba Timur dan Ende serta daerah lain yang ada di NTT tersedia banyak lahan marginal yang cocok untuk dikembangkan sorgum.

Ia mengatakan sudah mengembangkan sorgum sejak 2007 bersama Yayasan Kehati dan Yaspensel. Pengembangan sorgum tersebut tidak dengan sistem Demonstrasi Plot (Demplot) tetapi langsung aksi bersama masyarakat petani yang memiliki lahan marginal yang tidak bisa ditanami padi, jagung dan komoditas pangan lainnya.

"Sorgum yang kami kembangkan sampai saat ini tidak menggunakan pupuk, tetapi menggunakan air alami. Air tersebut membawa unsur hara alami yang menyuburkan lahan dan untuk kebutuhan tanaman. Padahal, lahan itu, sudah ditanami sorgum berkali-kali," ujarnya.

Maria menjelaskan sorgum sangat bisa dijadikan pengganti terigu dengan mencampurkan sorgum 80% dan 20% cavana. Bahkan, menurutnya, sorgum bukan hanya sebagai komoditas pangan pengganti, tetapi sebagai bahan pangan pokok masyarakat karena nilai gizinya lebih tinggi dibandingkan dengan beras dan jagung.

"Sorgum dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit.  Sorgum dikonsumsi oleh penderita diabetes dan kanker usus. Mereka semuanya sembuh dari penyakit itu," jelas Maria.

Dia menyampaikan sampai saat ini luas lahan yang dikembangkan untuk sorgum mencapai 102 ha yang tersebar di Flores Timur, Lembata, Manggara Barat, Sumba Timur dan Ende. Sorgum yang dihasilkan dibeli oleh masyarakat menengah ke atas, Kementerian Pendidikan untuk dijadikan makanan pada anak usia dini, dan bahkan diekspor ke Eropa. Harga sorgum di tingkat petani Rp 5.000 per kg dan harga ekspor mencapai Rp80.000 per kg.

"Untuk itu, kami sangat mengharapkan bantuan pemerintah agar ekspor sorgum ini tidak hanya di pasar Eropa, tapi menempus pasar Amerika Latin, karena kebutuhan sorgumnya sangat tinggi," terangnya.

Diektur Yaspensel, Romo Benjamin Daut PR menuturkan pengembangan sorgum ini merupakan gerakan pengembangan pangan lokal agar masyarakat mencintai pangan sendiri. Pola pengembangan yang dijalankan yakni dilakukan oleh kelompok tani sorgum.

"Sorgum yang dihasilkan sebanyak 60% untuk dikonsumsi, 30% untuk dijual dan 10% dimasukkan ke usaha bersama sebagai tabungan petani dalam rangka pengembangan ekonomi masyarakat," tuturnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Flores Timur, Anton Sogen mengatakan pengembangan Sorgum dilakukan di lahan marginal tanpa melupakan pengembangan padi dan jagung. Lahan yang ditanami padi dan jagung langsung digunakan untuk tanam sorgum tanpa olah tanam. untuk itu, Pemerintah Kabupaten Flores Timur siap mendukung pengembangan sorgum agar dapat menciptakan diversifikasi pangan lokal dengan pengembangannya berdasarkan spesifikasi lokal.

"Namun, pengembangan sorgum ini perlu diintergasikan dengan ternak sapi karena menyediakan pakan yang bersumber dari kotoran sapi. Petani sudah siap," sebutnya.

Menurutnya, pengembangan sorgum dalam skala besar berdampak langsung ke masyarakat, yaitu terpenuhinya lumbung pangan petani dan gizi keluarga. Selain itu, petani tidak bergantung pada beras dan membuka lapangan pekerjaan, karena masyarakat memanfaatkan lahannya yang selama ini dibiarkan begitu saja.

"Untuk mengembangkan sorgum secara berkelanjutan, kami sangat mengharapkan pemberian bantuan berupa mesin rontok, sosoh, penepungan dan karung untuk pasca panen," pungkasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper