Kabar24.com, HARARE - Aksi unjuk rasa model Arab Spring yang mengarah pada penggulingan kekuasaan
Presiden Robert Mugabe memperingatkan para pengunjuk rasa pada Jumat bahwa tak akan ada "Musim Semi Arab" di Zimbabwe setelah demonstrasi-demonstrasi anti pemerintah berubah menjadi kekerasan di negara bagian selatan benua Afrika itu selama dua dekade.
Polisi Zimbabwe menembakkan gas air mata dan menyemprotkan air ke arah para pemimpin oposisi dan ratusan pengunjuk rasa dalam suatu aksi protes menentang Mugabe dan partai yang berkuasa ZANU-PF sebelum huru-hara melanda sejumlah kawasan di Harare, ibu kota Zimbabwe.
"Mereka mengira apa yang terjadi dalam Musim Semi Arab akan terjadi di negara ini tetapi beritahu mereka bahwa hal itu tak akan terjadi," kata Mugabe kepada televisi negara, merujuk kepada serangkaian pergolakan yang menumbangkan para pemimpin di sejumlah negara Arab.
Mugabe menuduh negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat, mendukung aksi-aksi protes itu.
"Mereka berunjuk rasa dikarenakan orang-orang Amerika," kata Mugabe, seperti diberitakan Antara, Sabtu (27/8/2016).
Sebelumnya pemimpin oposisi Morgan Tsvangirai dan mantan Wakil Presiden Joice Mujuru berhasil meloloskan diri dari satu unjuk rasa dengan mobil-mobil mereka sementara para pemerotes berlarian mencari tempat perlindungan ketika polisi membubarkan demonstrasi.
Walau demikian, para pemimpin anti-Mugabe memperingatkan bahwa ini merupakan aksi pertama dari serangkaian protes.
Para penentang Mugabe telah menjadi bertambah berani setelah kemarahan publik dan protes-protes terhadap perekonomian negara itu akibat keterbatasan dana tunai dan tingginya angka pengangguran. Mugabe yang berusia 92 tahun telah memimpin Zimbabwe sejak kemerdekaan dari Inggris tahun 1980.