Kabar24.com, JAKARTA - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon mengkritik pemerintah agar tidak menjadikan dunia pendidikan sebagai kelinci percobaan.
Menurut Fadli, selama ini perubahan kebijakan pendidikan terjadi bila ada pergantian menteri.
"Siswa kita bukan kelinci untuk dijadikan percobaan," katanya di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (11/8/2016).
Menurut politikus Partai Gerindra itu, saat Presiden Joko Widodo mengangkat Anies Baswedan sebagai menteri pendidikan, Anies menghentikan kurikulum 2013 yang baru berjalan satu semester.
Saat Anies lengser dan digantikan Muhadjir Effendy, muncul gagasan sekolah sehari penuh (full day school/FDS). Fadli meminta Muhadjir untuk mengkaji secara mendalam ide FDS tersebut.
Sebelum diterapkan, kata Fadli, harus ada kesiapan terlebih dahulu dari peserta didik, guru, infrastruktur sekolah hingga perangkat pelajaran seperti kurikulum dan sebagainya.
Ide FDS ini, menurut Fadli Zon, harus dikaji dampaknya lalu disimulasikan. Jangan setelah kebijakan itu diterapkan, tapi perlu dikoreksi lagi oleh pemerintah.
"Namanya tidak ada perencanaan matang," ujar Fadli Zon.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan, penerapan sekolah sehari penuh bukan berarti siswa akan belajar selama seharian. Tapi, peserta didik akan mengikuti kegiatan ekstra kurikuler dan pendidikan karakter. Pembelajaran formal dilakukan setengah hari.
Perpanjangan jam sekolah ini sekaligus untuk mempersempit ruang kosong pengawasan orang tua terhadap anak.
Kekosongan pengawasan itu, kata Muhadjir, memicu penyimpangan yang dilakukan remaja. Bila sekolah pulang siang, sedangkan orangtua belum kembali dari bekerja, tidak ada yang bertanggung jawab pada anak.
"Maka memperpanjang waktu sekolah sesuai jam kerja orang tua," kata Muhadjir.
Jika diterapkan siswa mendapat kompensasi libur pada Sabtu.
"Ini masih tentatif, masih gagasan," ujar Muhadjir.