Kabar24.com, JAKARTA - Komunitas Islam Nice di wilayah Ariane, Prancis mulai khawatir warganya akan diperasalahkan dan diperlakukan secara diskriminatif akibat serangan fatal pada saat perayaan Bastille Day yang menewaskan 84 orang Jumat (15/7/2016).
Milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) mengklaim serangan itu dan memuji tindakan Mohamed Lahouaiej Bouhlel. Pria asal Tunisia itu menabrakkan truk ke kerumunan warga yang tengah merayakan hari besar Prancis.
Perdana Menteri Manuel Valls menyatakan, penyerang berusia 31 tahun itu telah “diradikalkan secara cepat.” Sedangkan, pihak penyidik menyatakan meski tidak ada kaitan langsung dengan ISIS, pria itu terlihat tertarik mempelajari Islam radikal.
Di Ariane, sebuah distrik dengan penduduk beragama Islam cukup tinggi dan tidak jauh dari kawasan Abbatoirs tempat tinggal Bouhlel, imam masjid Al Fourkane menyatakan kelompok radikal mengincar mereka yang lemah dan yang bertentangan dengan keyakinan mereka.
"Karena mereka mengincar yang lemah, maka kita tak boleh menyerah pada keyakinan mereka. Sebaliknya, kita harus bersatu untuk membela negara,” ujar Boubekeur Bekri sebagimana dikutip Reuters, Selasa (19/7/2016).
Dia menambahkan, bahwa kejahatan adalah kejahatan tanpa memandang sebuah keyakinan.