Kabar24.com, SEMARANG - Bencana hidrometeorologi yang menimpa Jawa Tengah bisa jadi tidak diperkirakan akan separah ini.
Puluhan orang meninggal dunia akibat bencana banjir dan tanah longsor yang melanda beberapa daerah di Jawa Tengah menyusul hujan deras yang turun di provinsi ini sejak Sabtu (18/6/2016).
Berdasarkan keterangan yang dihimpun di berbagai daerah di Jawa Tengah, Minggu (19/6/2016), bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Kabupaten Kebumen, Kabupaten Banjarnegara, Kabupaten Purworejo, Kabupaten Karanganyar, Kota Surakarta, dan Kabupaten Kendal.
Selain korban meninggal dunia, bencana tanah longsor dan banjir tersebut mengakibatkan puluhan orang lainnya mengalami luka-luka, kemudian ratusan warga terpaksa diungsikan di tempat yang aman.
Di Kabupaten Purworejo, sebanyak 27 orang dari 46 orang diduga menjadi korban banjir bandang dan tanah longsor di sejumlah titik di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, telah ditemukan tim SAR dan masyarakat, Minggu.
Sebanyak 46 orang diduga menjadi korban banjir dan tanah longsor akibat hujan deras yang melanda Purworejo sejak Sabtu (18/6) sore hingga malam hari.
Sebanyak 46 korban tersebut, lima di antaranya korban banjir bandang, sedangkaan 41 orang karena tertimbun tanah longsor.
Dua lokasi menjadi titik paling parah dan memakan banyak korban, yakni di Dusun Caok Desa Karangrejo, Kecamatan Loano dan Desa Donorati, Kecamatan Purworejo dimana masing-masing lokasi longsor menimbun 16 orang dan 14 orang.
Kepala Pelaksana Harian BPBD Kabupaten Purworejo, Boedi Hardjono mengatakan dari sejumlah korban tertimbun longgsor tersebut sembilan orang telah ditemukan dalam kondisi tewas di Desa Karangrejo, sedangkan tujuh korban lainnya masih dalam pencarian.
Kemudian di Donorati, 11 orang masih tertimbun tanah, lima orang berhasil ditemukan dan dua orang masih hidup dan sisanya meninggal dunia.
Boedi mengatakan lokasi lain yang memakan korban terjadi di Desa Pacekelan, Kecamatan Purworejo, yakni satu orang ditemukan meninggal akibat tertimpa longsoran di lokasi kejadian, sedangkan satu orang lain meninggal saat mendapat perawatan di RSUD dr Tjitrowardojo.
Kemudian tiga orang ditemukan meninggal dan satu orang masih dalam proses pencarian di Desa Jelok Kecamatan Kaligesing.
"Korban banjir di Desa Berjan Kecamatan Gebang ada satu orang hanyut, Kecamatan Bagelen satu orang dan dua orang di Mranti Kecamatan Purworejo, dan Tangkisan Kecamatan Kutoarjo satu orang," katanya.
Menurut dia, banyaknya korban di Karangrejo karena warga terjebak di jalan yang berada di bawah titik longsor dan tidak menyadari ada potensi longsor di atasnya.
"Korban dari luar wilayah Karangrejo lebih banyak karena mereka terjebak longsor saat hendak melalui jalan tersebut," katanya.
Ia mengatakaan mereka terjebak saat ada truk yang baru saja mengantar pekerja ke Rimun, Kecamatan Purworeio hendak melaju ke arah Donorati. Truk berhenti karena sopir berusaha menyingkirkan batu yang menutup jalan. Di belakang truk terdapat beberapa sepeda motor serta warga yang hendak membantu proses pembersihan.
"Tanpa disangka tanah longsor terjadi dan mendorong mereka ke bawah jalan dan tertimbun," katanya.
Kemudian di Kabupaten Kebumen dilaporkan sebanyak enam orang korban tertimbun tanah longsor di Dukuh Pohkumbang Desa Sampang Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen Jawa Tengah.
Camat Sempor, Joko Ganjar Supramono, di Kebumen, Sabtu malam, menyebutkan keenam korban tersebut yakni Satimun, 40, dan istrinya Sari, 35, San Rustin, 55, Marsiyem, 50, Sutiyem, 25, anak San Rustin dan Poniyem, 50.
Ia mengatakan longsor mengakibatkan tiga rumah rata dengan tanah dan dua rumah roboh.
Joko menuturkan pencarian terhadap para korban belum bisa dilakukan karena pada Sabtu malam hujan masih berlangsung.
Selain itu, katanya, tanah masih bergerak dan dikhawatirkan terjadi longsor susulan.
Ia mengatakan warga di sekitar lokasi longsor saat ini mengungsi ke tempat yang lebih aman, guna mengantisipasi longsor susulan.
"Pencarian para korban akan dimulai pada Minggu (19/6/2016) pagi dengan melibatkan TNI/Polri, SAR, relawan dan masyarakat," katanya.
Dari Kabupaten Banjarnegara dilaporkan sebanyak enam warga Desa Gumelem Kulon ditemukan dalam kondisi meninggal dunia akibat tertimbun tanah longsor.
"Mereka merupakan korban bencana longsor yang terjadi pada hari Sabtu (18/6) di dua lokasi terpisah, yakni tiga orang di Grumbul Wanarata dan tiga orang lainnya di Grumbul Gunung Duwur, Desa Gumelem Kulon," kata Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banjarnegara Catur Subandrio didampingi Koordinator Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Banjarnegara Andri Sulistyo di Desa Gumelem Kulon, Kecamatan Susukan, Banjarnegara.
Menurut dia, tiga korban meninggal di Grumbul Wanarata terdiri atas Ahmad Hidayatulloh alias Wato,40, Sudarno Dasimin, 45, dan Ahmad Bahrudin, 40, dapat dievakuasi pada hari Sabtu (18/6), pukul 21.23 WIB.
Sementara tiga korban meninggal di Grumbul Gunung Duwur terdiri atas Tariwen, 52, Riatin Fauzi, 10, dan Fina Sritanti, 10, dapat dievakuasi pada hari Sabtu (18/6), pukul 22.30 WIB.
Selain itu, kata dia, tiga warga Grumbul Wanarata yang terdiri atas Kasum, 30, Zaenal, 17, dan Losin mengalami luka ringan akibat bencana longsor tersebut.
"Korban meninggal di Grumbul Wanarata disebabkan tertimbun material longsor susulan saat sedang bekerja bakti menyingkirkan longsoran, sedangkan korban meninggal di Grumbul Gunung Duwur disebabkan tertimpa rumah yang roboh akibat longsor," katanya.
Ia mengakui proses evakuasi terkendala oleh hujan, minimnya lampu penerangan, dan kondisi jalan menuju lokasi kejadian sangat berat karena harus berjalan kaki sejauh 8 kilometer dari pos komando di Balai Desa Gumelem Kulon.
"Personel yang terlibat dalam proses evakuasi korban terdiri atas TRC BPBD, Kodim Banjarnegara, Polres Banjarnegara, perangkat desa, dan warga. Pagi ini, seluruh korban meninggal telah dimakamkan di pemakaman umum setempat," katanya, Minggu.
Sementara dari Kabupaten Karanganyar dilaporkan sebanyak 72 kepala keluarga yang terdiri dari 175 jiwa di Daleman Kelurahan Ngringo Kecamatan Jaten terpaksa diungsikan karena rumah mereka terendam air akibat meluapnya Sungai Bengawan Solo.
Korban banjir tersebut itu tinggal di RT 1 dan 2 sebanyak 30 KK, RT 3 sebanyak tiga KK RT 6 ada enam KK dan RT 7 sebanyak 33 KK, di Desa Daleman, Kelurahan Ngringo, Kecamatan Jateng, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Salah seorang petugas Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Karanganyar Parno, mengatakan untuk warga yang tinggal di RT 7 yang terdiri dari 33 KK semua diungsikan karena rumahnya terendam air dengan kedalaman antara dua sampai tiga meter. Mereka itu diungsikan di tempat saudaranya dan sebagian ada yang mendirikan tenda-tenda di jalan masuk kampung tersebut yang tidak kebanjiran.
Dikatakannya, banjir kali ini memang cukup besar dibanding 2012. "Tahun 2012 di daerah ini juga kebanjiran akibat meluapnya air Sungai Bengawan Solo, tetapi tidak besar seperti sekarang," kata Kuswanto salah seorang korban banjir tersebut.
Menyinggung mengenai bantuan yang diberikan Pemerintah Kabupaten Karanganyar, warga yang terkena korban banjir mengatakan ada sebagian yang diberikan pinjaman tenda untuk mengungsi bagi warga yang tidak mempunyai sanak saudara.
"Tadi malam juga diberikan nasi bungkus kepada warga untuk makan sahur, selebihnya itu sampai sekarang belum ada lagi," kata mereka.
Banjir kali ini tidak saja merendam rumah-rumah penduduk tetapi juga merendam ratusan ekor ternak babi milik warga yang sampai sekarang belum bisa diselamatkan atau diewakuasi.
Kedalaman air yang melanda rumah penduduk itu antara dua sampai tiga meter dan karena datangnya mendadak sehingga warga tidak sempat menyelamatkan barang-barang miliknya yang ada dirumah.
Air Sungai Bengawan Solo itu mulai besar sekitar pukul 22.30 WIB Sabtu (18/6) dan setelah itu terus naik, tetapi Minggu (19/6) dini hari mulai berkurang meskipun baru sedikit.
"Air banjir Sungai bengawan Solo sekarang memang mulai surut, tetapi di daerah hulu sungai seperti di Wonogiri masih tampak diselimuti awan yang tebal dan apabila turun hujan lagi bukannya tidak mungkin banjir bisa bertambah besar," katanya.
Rumah pribadi Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo beserta 55 kepala keluarga (KK) lainnya di RT 1/RW 9 Pucangsawit, Kecamatan Jebres, Solo, kebanjiran akibat meluapnya air sungai Bengawan Solo.
Hadi Rudyatmo di tengah-tengah memimpin langsung evakuasi warga yang terkena banjir mengatakan bawa air masuk ke kampungnya Pucangsawit karena pintu sebelah timur Sungai bengawan Solo di Jurug rusak dan tidak bisa ditutup.
Ia mengatakan kondisi ini diperparah karena pompa penyedot banjir di dekat Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Wonosaren, Solo, juga rusak. Hal ini yang mengakibat air dari Sungai Bengawan Solo masuk ke kampung tersebut.
Dikatakannya, kedalaman air yang masuk ke rumah Wali Kota Surakarta tersebut sudah mencapai sekitar 30 centimeter, sementara genangan air di jalan depan rumahnya berkedalaman sekitar 1,5 meter.
Air bah dari Sungai Bengawan Solo masuk ke rumah Wali Kota Surakarta pada Minggu dini hari dan pada pagi hari mulai berkurang, tetapi situasi cuaca di daerah hulu sungai Bengawan Solo masih diselimuti mendung tebal dan apabila sewaktu-waktu turun hujan bukan tidak mungkin banjir akan bertambah besar.
Hadi Rudyatmo yang akrab dipanggil Rudy mengatakan untuk sementara warga yang terkena banjir diungsikan ke rumah-rumah warga yang tidak kebanjiran.
"Ya saya tengah malam sibuk menyelamatkan barang-barang agar tidak terkena banjir dengan anak-anak dan juga menyelamatkan warga kami yang kebanjiran. Mudah-mudahan tidak hujan lagi agar air segera surut," katanya.
Banjir kali ini memang cukup besar dibanding tahun-tahun lalu dan banjir kali ini tidak saja menggenangi rumah penduduk tetapi juga banyak ternak babi kebanjiran. "Ya tadi anak-anak dapat seekor babi yang masih hidup terbawa banjir," ujarnya.