Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Dilanda Kekeringan Parah, Kamboja Laksanakan Ritual Sawah

Kamboja melaksanakan ritual membajak setelah dilanda kekeringan terparah dalam setengah abad terakhir yang mengakibatkan negara tersebut harus menunda penanaman padi.
Juli Etha Ramaida Manalu
Juli Etha Ramaida Manalu - Bisnis.com 24 Mei 2016  |  17:43 WIB
Dilanda Kekeringan Parah, Kamboja Laksanakan Ritual Sawah
Salah Satu Acara Ritual Pangan - Ilustrasi/Kominfo

Bisnis.com, PHNOM PENH - Kamboja melaksanakan ritual membajak setelah dilanda kekeringan terparah dalam setengah abad terakhir yang mengakibatkan negara tersebut harus menunda penanaman padi.

Tertundanya musim penghujan tahunan  di negara tersebut memperburuk kekeringan yang terjadi dan memaksa para petani untuk menunda proses penanaman padi tahun ini.

Dalam upacara tersebut dua ekor sapi digiring menuju tujuh bahan makanan yang disajikan dalam mangkuk. Disaksikan oleh Raja Kamboja, Norodom Sihamoni dan ribuan khalayak ramai, dua ekor sapi tersebut memakan 90% masing-masing tiga sajian dari tujuh jenis sajian yang dihidangkan dalam mangkuk.

Setiap tahunnya, para astrolog istana memprediksi musim panen berdasarkan jenis dan jumlah pangan yang dipilih oleh sapi. Para astrolog juga berdoa agar hujan segera datang.

“Panen beras akan baik,” ujar Korng Ken, pendeta dari Kaum Brahma yang mengenakan pakaian tradisinal berwarna putih seperti dikutip dari Reuters, Selasa (24/5/2016).

Namun, Keo Vy, juru bicara Pusat Penanganan Bencana Thailand (National Center for Disaster Management/NCDM ) mengatakan sejauh ini jumlah curah hujan masih belum cukup untuk bisa memulai penanaman padi.

Otoritas setempat harus berusaha mendistribusikan air mengunakan truk ke 18 dari 25 provinsi yang ada di Kamboja. Sekitar 2.5 juta penduduk dilaporkan terdampak oleh kekeringan tersebut. “Kami mengetahui bahwa panen dan ekspor terdampak [oleh kekeringan],” ujar Keo Vy.

Kekeringan juga berkontribusi besar dalam merosotnya ekspor tahun lalu yang jauh di bawah target 1 juta ton. Selain itu, ada pula faktor finansial dan melimpahnya pasokan global.

Kann Kunthy, Chief Executive penggilingan padi Brico mengatakan industri lokal juga khawatir akan terjadinya banjir setelah kekeringan. Ramalan internasional menunjukkan akan adanya kemunginan terjadinyan La Nina tahun ini yang mendatangkan curah hujan berlebih di wilayah tersebut.

“Petani tidak bisa menanam padi karena kekeringan dan biasanya setelah kekeringan berakhir akan terjadi banjir dan ini menjadi kekhawatiran lain,” kata Kunthy.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

kamboja ritual kekeringan

Sumber : Reuters

Editor : Yusuf Waluyo Jati

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top