Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

IMF: Risiko Pemulihan Ekonomi Global Makin Membesar

Pemulihan ekonomi global menghadapi risiko yang makin membesar, dan frustasi akan ketidaksetaraan juga meningkatkan potensi proteksionisme.
IMF/Ilustrasi
IMF/Ilustrasi

Kabar24.com, JAKARTA – Pemulihan ekonomi global menghadapi risiko yang makin membesar, dan frustasi akan ketidaksetaraan juga meningkatkan potensi proteksionisme.

Direktur Pelaksana International Monetary Fund Christine Lagarde mengatakan prospek ekonomi dunia telah meredup selama enam bulan terakhir, diperburuk oleh perlambatan China, harga komoditas yang lebh rendah, dan risiko pengetatan keuangan di banyak negara.

Adapun, ekspektasi pertumbuhan dari negara-negara berkembang untuk mencapai ekonomi yang lebih maju juga belum terjadi.

Sementara itu, tingkat ketidaksetaraan telah menurun pada skala global. Legarde mengatakan, untuk beberapa orang, solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan membatasi diri, menutup perbatasan dan mundur ke paham proteksionisme.

Komentar Legarde mengenai ekonomi global menambah sinyal bahwa IMF akan menurunkan proyeksi pertumbuhan saat merilis update-nya pada World Economic Outlook 12 April mendatang. Menteri-menteri ekonomi dan para gubernur bank sentral dari 188 negara anggota akan berkumpul pada saat itu di Washington, dalam pertemuan musim semi IMF.

“Kabar baiknya adalah bahwa pemulihan ekonomi masih berlanjut, kita masih tumbuh, kita tidak berada dalam krisis. Kabar tidak begitu baiknya, bahwa pemulihan berjalan sangat lambat, terlalu rapuh, dan risiko terhadap daya tahannya meningkat,” kata Legarde dalam pidatonya di Frankfurt, Selasa (5/4/2016).

Dirinya menilai, pertumbuhan di Amerika Serikat cenderung datar karena penguatan dolar AS, sementara rendahnya investasi dan tingkat pengangguran yang tinggi membebani pertumbuhan di zona euro. Sementara pertumbuhan dan inflasi di Jepang lebih rendah dari yang diharapkan.

Legarde mengatakan transisi China ke model ekonomi yang lebih berkelanjutan membuat pertumbuhan mereka menjadi lebih lambat. Sementara kemerosotan di Brazil dan Rusia ternyata lebih buruh dari yang diperkirakan, sedangkan negara-negara di Timur Tengah telah terpukul akibat penurunan harga minyak.

“Tentu saja sudah ada banyak kemajuan sejak krisis keuangan besar (2007-2008). Tetapi karena pertumbuhan yang rendah berlangsung terlalu lama, banyak orang yang tidak merasakan hal itu,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper