Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Manufaktur Inggris Masih Lesu

Indeks manufaktur Inggris tumbuh di bawah perkiraan pada Maret. Tidak meratanya ekonomi akibat perlambatan global berdampak negatif pada sisi ekspor.
World Travel Market di London/nauticwebnews.com
World Travel Market di London/nauticwebnews.com

Kabar24.com, JAKARTA – Indeks manufaktur Inggris tumbuh di bawah perkiraan pada Maret. Tidak meratanya ekonomi akibat perlambatan global berdampak negatif pada sisi ekspor.

Markit Economics menyebutkan indeks Purchasing Manager naik menjadi 51 dari 50,8 pada Februari. Sementara perkiraan rata-rata dalam survey Bloomberg News sebelumnya memprediksi pertumbuhan menjadi 51,2. Dengan demikian, berarti rata-rata  untuk kuartal pertama tahun ini menyamai level terendah sejak 2013.

“Sektor manufaktur Inggris tetap lesu. Meskipun ada sedikit perbaikan pada Maret pada sektor produksi dan permintaan baru, industri masih bergerak stagnan dan cukup kesulitan untuk memberi kontribusi berarti terhadap pertumbuhan PDB,” kata Rob Dobson, Ekonom dari Markit Economics, Jumat (1/4/2016).

Hal ini sekaligus menegaskan keraguan tentang keberlanjutan ekspansi ekonomi Inggris. Data resmi pada Kamis (31/3/2016) menunjukkan sektor konsumer masih menjadi penggerak pertumbuhan di tengah suramnya prospek perekonomian global dan ketidakpastian terhadap perkembangan referendum keanggotaan Inggris di Uni Eropa.

Dobson mengatakan, pasar domestik masih akan menjadi sumber utama pendapatan sektor manufaktur. Sementara permintaan terhadap ekspor terus turun dalam tiga bulan terakhir.

Indeks tenaga kerja juga juga turun dalam tiga bulan beruntun, dengan investasi pada sektor produksi  berkurang drastis. Data tersebut menunjukkan perusahaan kecil dan menengah gagal mengimbangi peran penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan skala besar.

Sementara pound juga memasuki kuartal terburuknya sejak 2009. Kejatuhan nilai tukar mata uang tersebut dinilai tidak akan membantu para eksportir untuk meningkatkan kinerjanya.

“Nilai tukar cenderung menyebabkan banyak masalah dari sisi biaya, karena harga bahan baku impor yang lebih tinggi. Ini bisa menyebabkan beban tambahan yang tidak diinginkan untuk margin para produsen,” kata Dobson.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Avisena
Editor : Rustam Agus
Sumber : Bloomberg.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper