Bisnis.com, MOSKOW - Konflik di Suriah telah merugikan negara lebih dari US$200 miliar kata Presiden Suriah Bashar al-Assad dalam sebuah wawancara dengan kantor berita RIA Rusia diterbitkan pada hari Rabu (30/3/2016).
"Kerusakan ekonomi dan kerusakan infrastruktur melebihi US$200 miliar... Memulihkan infrastruktur akan memakan waktu yang lama," katanya.
Pada Februari lalu, kepada BBC.com, Perdana Menteri Rusia, Dmitry Medvedev, memperingatkan Amerika Serikat bahwa pengerahan pasukan di Suriah hanya akan memicu apa yang ia sebut 'perang besar yang berlangsung lama'.
Medvedev mengeluarkan komentar ini setelah Menteri Luar Negeri Amerika, John Kerry, mengatakan jika upaya perdamaian di Suriah gagal, jumlah pasukan asing yang terlibat konflik mungkin akan bertambah.
PM Medvedev mengatakan tak semestinya Washington 'mengeluarkan ancaman'.
"Jangan coba untuk menakut-nakuti siapa pun ... jangan katakan kalau seandainya gagal maka negara-negara di Arab lainnya dan Amerika akan melancarkan operasi darat," kata Medvedev dalam wawancara dengan TV Euronews, hari Minggu (14/02).
"Saya ingin kembali menegaskan bahwa tidak ada satu negara pun yang ingin terlibat perang baru. Operasi darat hanya akan memicu perang besar, perang yang akan berlangsung lama. Ini harus kita garis bawahi," katanya.
Sebelumnya, dalam pembicaraan telepon, Presiden AS Barack Obama mendesak Presiden Rusia, Vladimir Putin, menghentikan serangan udara terhadap kekuatan oposisi moderat Suriah.
"Secara khusus Presiden Obama menekankan pentingnya Rusia memainkan perang konstruktif, dengan menghentikan serangan udara terhadap kelompok oposisi moderat," demikian pernyataan Gedung Putih.
Tapi menurut versi Kremlin, kedua pemimpin setuju meningkatkan kerja sama dalam upaya mengakhiri kekerasan di Suriah.