Bisnis.com, JAKARTA — Para pengurus daerah Partai Golkar bersikap sangat pragmatis dalam memilih ketua umumnya dalam Musyawarah Nasional yang akan digelar beberapa pekan lagi. Mereka menunggu sinyal keberpihakan Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla dalam menentukan pilihannya.
Beberapa pengurus daerah Partai Golkar yang dikontak Bisnis.com mengatakan sebetapapun dekatnya mereka dengan para kandidat, mereka masih belum menetapkan pilihan pasti. Para pengurus daerah selaku pemilik suara dalam Munas ini masih membaca gelagat ke kandidat mana Istana akan berpihak.
“Kami tetap terbuka menerima kunjungan para kandidat. Beberapa kandidat sudah datang, dan kami berikan dukungan moral kepada mereka semua untuk maju dalam Munas nanti. Tapi dukungan suara ya nanti, kami akan lihat ke mana Istana berpihak,” ujar pengurus teras DPD Partai Golkar ini, Selasa (1/3/2016).
Dia menganggap pernyataan Jusuf Kalla tentang kriteria ketua umum Partai Golkar yaitu memiliki etika baik, tidak memiliki masalah yang berdampak hukum dan dapat dipercaya, belum dapat diterjemahkan sebagai sinyal yang kuat terhadap calon tertentu.
“Kami juga mencermati paling tidak empat kali pertemuan antara Pak Jokowi, Pak Jusuf Kalla dan Pak Ade Komaruddin dalam sebulan terakhir ini. Tapi itu juga belum meyakinkan kami bahwa Istana memberikan restunya kepada Pak Ade Komaruddin,” tambahnya.
Dalam catatan Bisnis.com, dalam pekan-pekan terakhir ini beberapa kali Presiden dan Wapres tercatat bertemu dengan Ade Komaruddin dalam kapasitasnya sebagai Ketua DPR. Ade sendiri berencana mendeklarasikan dirinya sebagai ketua umum Partai Golkar pada 11 Maret di Yogyakarta.
Beberapa pertemuan lain, yakni pertemuan lembaga negara yang membahas penanganan terorisme, konsultasi yang menyepakati penundaan revisi UU KPK, pertemuan bersama dengan delegasi bisnis Ceko, serta satu pertemuan di luar jadwal yang agendanya diketahui.
AFILIASI LAMA
Satu pengurus DPD yang lain menekankan sikap pragmatisme itu tak terhindarkan karena dalam tekanan pemerintah seperti ini, modus itulah yang bisa menyelamatkan sekaligus membuat bertahan. “Singkatnya kami tidak ingin calon yang kami pilih kalah. Itu sebabnya kami cenderung hati-hati,” katanya.
Dengan sikap pragmatis itu, pengurus daerah diyakini tidak akan terlalu menghitung ikatan afiliasinya dengan para kandidat, baik itu afiliasi karena sama-sama berasal dari kawasan Indonesia Timur, sama-sama pengusaha, mantan aktivis HMI, atau sama-sama punya ikatan dengan para purnawirawan.
“Sekarang situasinya lebih cair. Afiliasi-afiliasi itu tidak lagi menjadi faktor. Kami tetap hitung, iya, tetapi kekuatannya sudah tidak seperti dulu, yang lebih mudah terbaca. Peta-peta lama yang terbentuk di periode Akbar Tanjung dan periode sebelumnya praktis sudah berubah semua,” katanya.
Ketua DPD Partai Golkar Karanganyar, Jawa Tengah Juliyatmono mengatakan pihaknya juga belum menentukan pilihan siapa kandidat yang akan dipilih. "Saat Munas nanti baru akan kami menentukan pilihan," kata Bupati Karanganyar ini.
Dalam perkembangan lain, pelaku usaha sekaligus politisi senior Partai Golkar Airlangga Hartarto akhirnya mantap mendeklarasikan pencalonannya sebagai ketua umum Partai Golkar.
Deklarasi itu dihadiri oleh Wakil Ketua Umum Partai Golkar versi Munas Riau Agung Laksono.
Pada saat yang sama, kandidat ketua umum lainnya yaitu Idrus Marham, bergerilya ke Solo, Jawa Tengah, untuk menggalang dukungan dari pengurus daerah di Solo dan sekitarnya. Idrus juga berziarah ke makam mantan Presiden Soeharto di Astana Giribangun, Karanganyar.
Selain Idrus, kandidat yang sudah bergerak meminta dukungan pengurus daerah antara lain Setya Novanto, Ade Komaruddin, Aziz Syamsuddin, dan Mahyudin.
Kandidat lain yang bersiap menggelar muhibah ke daerah adalah Indra Bambang Utoyo dan Syahrul Yasin Limpo. (Dewi A. Zuhriyah)