Bisnis.com, SEMARANG - Inflasi di Jawa Tengah pada kuartal I/2016 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi pada kuartal sebelumnya, dari 2,73% menjadi 4,39%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah Iskandar Simorangkir mengatakan tekanan inflasi tersebut diperkirakan terutama berasal dari berkurangnya produksi komoditas pangan pada awal tahun ini.
"Hal ini merupakan imbas dari bergesernya masa panen tahun lalu, sebagai dampak dari El-Nino," ungkapnya seperti dikutip dari hasil riset, Rabu (24/2/2016).
Peningkatan inflasi diperkirakan berasal dari kelompok volatile foods akibar bergesernya masa panen, serta kenaikan bertahap harga rokok kretek filter seiring dengan kenaikan cukai rokok.
Dia melanjutkan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah di awal tahun ini diperkirakan akan melambat bila dibanding kuartal IV/2015.
Hal itu berdasarkan siklus yang umumnya terjadi, sambungnya, karena kinerja belanja pemerintah umumnya belum optimal pada awal tahun. Akibatnya, konsumsi dan investasi pemerintah mengalami perlambatan.
Di sisi lain, Iskandar menuturkan perekonomian di Jateng pada 2015 tumbuh lebih tinggi dibanding 2014. Lalu, infalsi juga terpantau lebih rendah dibanding tahun sebelumnya.
"Peningkatan kinerja ekonomi itu didorong oleh perbaikan kinerja pada lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan, serta lapangan usaha konstruksi," ujarnya.
Perekonomian di Jateng pada 2015 tumbuh 5,4%, sedikit lebih tinggi dari 2014 sebesar 5,3%. Saat terjadi kenaikan harga BBM, inflasi di Jateng pada 2014 tercatat sebesar 8,22%. Adapun pada tahun ini sebesar 2,73%.