Kabar24.com, JAKARTA--Masih ingatdengan salah satu program Presiden Joko Widodo untuk membangun revolusi mental? Melalui program tersebut, pemerintah memiliki tujuan strategis untuk membentuk karakter bangsa yang lebih baik demi masa depan negara ini.
Dalam program itu, generasi muda memiliki peran yang sangat penting sebagai ujung tombak perubahan karakter bangsa ini. Namun, agar dapat melahirkan generasi muda yang berkarakter baik, dibutuhkan orang tua yang paham betul pola asuh yang positif.
Menyadari kebutuhan akan pendidikan pola asuh (parenting) yang baik, pemerintah melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) menggelarSeminar Parenting Indonesia Heritage Foundation.
Seminar tersebut dihelat dengan melalui kerja sama dengan Indonesia Heritage Foundation (IHF) dan Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK), dengan tema besarMencetak Generasi Unggul Abad XXI.
Menteri PPN Sofyan Djalil menjelaskan seminar yang disponsori pemerintah tersebut merupakan strategi memperkuat revolusi mental, di tengah semakin menjamurnya sekolah karakter, pendidikan karakter, dan edukasi pola pengasuhan.
Kalau ikut seminarparenting, saya membayangkan anak saya yang [berusia] 30 tahun itu kembali menjadi bayi, supaya praktik pengasuhan saya yang keliru pada masa lalu tidak terjadi, tutur Sofyan di sela-sela seminar yang digelar pada pertengahan Februari itu..
Menurutnya, pola pengasuhan yang baik harus menitikberatkan pada pendidikan karakter yang kuat untuk mendukung pembangunan bangsa. Apabila seluruh orang tua di Tanah Air dapat menjalankannya, hal itu akan berguna bagi perbaikan kualitas SDM di negara ini.
Ketua Bidang Pendidikan Karakter OASE-KK Ratna Megawangi menambahkan pemerintah akan menggencarkan seminar pola asuh berbasis pendidikan karakter sebagai program unggulan pendukung rencana revolusi mental.
Kami sebut program ini parentingberbasis karakter untuk membuat seluruh keluarga menjadi sumber cinta yang mencetak generasi penerus yang berkarakter baik, tutur Ratna, yang juga istri dari Sofyan Djalil itu.
Selain melalui seminar, pemerintah berharap agar anak-anak sejak usia dini diperkenalkan kepada pendidikan dan lingkungan belajar yang kondusif agar karakter mereka bertumbuh dengan baik.
Menurut Ratna, ada beberapa kekeliruan yang kerap dilakukan dalam pola asuh orang tua selama ini. Kekeliruan tersebut berkontribusi langsung terhadap rendahnya kualitas sumber daya manusia Indonesia.
Padahal, masa emas anak sangat tergantung pada peran pendidikan dan pengasuhan orang tua. Untuk itu, perlu ada edukasi dan penyadaran dalam memperbaiki pola pengasuhan dalam keluarga, lanjutuny.
Program pola asuh berbasis karakter tersebut, kata Ratna, telah berjalan sejak tahun lalu. Saat ini sudah ada hampir 1.000 istri para Eselon I dari berbagai kementerian dan lembaga yang telah mengikuti program parentingberbasis karakter itu.
Dia berpendapat orang tua harus memberikan pendidikan holistik yang sangat penting untuk mempersiapkan karakter generasi yang lebih baik, sehingga dapat mendukung pembangunan. Agar bonus demografi tercapai, perlu didukung dengan kualitas SDM yang mumpuni pula.
Menurut saya, ada berbagai faktor yang menyebabkan rendahnya kualitas SDM Indonesia. Beberapa di antaranya adalah tidak jujur, tidak kreatif, dan berpikiran rendah, ungkap Ratna, yang juga dosen di Institut Pertanian Bogor itu.
Berdasarkan data TIMMS, 78% siswa Indonesia pada 2007 memiliki kemampuan berpikir rendah di bawah minimal (LOTS). Padahal, siswa di Taiwan, Korea, Jepang, Hong Kong, dan Singapura kurang dari 15% yang masih di bawah rata-rata.
Ratna melanjutkan kendala terbesar dari sulitnya membangun karakter bangsa adalah karena emosi negatif pencetus neurosis yang telah berakar dalam masyarakat. Satu-satu jalan keluarnya adalah melalui revolusi mental yang dimulai dari tingkat keluarga.
Tidak ada kata terlambat. Emosi negatif hanya bisa dilawan dengan cinta. Kalau misalnya kita mendidik anak dengan penuh cinta, masyarakat akan menjadi lebih baik. Sehingga, kalau tidak menjadi orang tua yang baik, setidaknya Anda masih bisa menjadi kakek nenek yang baik. Itulah perlunya seminarparenting, tegasnya.