Kabar24.com, SURABAYA -- Pemkab Ngawi berencana mengembangkan kawasan industri hingga 500 hektare untuk menampung relokasi pabrik dari kawasan ring I Jawa Timur.
Bupati Ngawi Budi Sulistyono mengatakan kawasan industri itu akan dikembangkan di beberapa desa di Kecamatan Pitu, mencakup Desa Pitu, Kalang, Dumplengan, dan Ngancar.
"Ada daerah tandus yang akan kami bikin daerah industri. Akses (jalan) ke sana akan kami bangun," katanya kepada Bisnis seusai dilantik di Grahadi, Surabaya, Rabu (17/2/2016).
Kecamatan Pitu berlokasi di utara Ngawi, tepatnya di utara sungai Bengawan Solo. Sebagian besar wilayahnya berupa dataran pegunungan kapur Kendeng. Wilayah itu dipilih karena bukan kawasan pertanian.
Budi meyakini keberadaan tol Ngawi-Kertosono yang ditargetkan beroperasi 2018 akan membuat Ngawi 'seksi' di mata investor kendati Pitu sebetulnya tidak dilalui oleh jalan bebas hambatan sepanjang 87,02 km itu. Tol Ngawi-Kertosono akan memangkas waktu tempuh Ngawi-Surabaya menjadi sekitar 3 jam dari saat ini 4-5 jam. Dengan demikian, lalu-lintas barang dari Ngawi ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, dan sebaliknya akan lebih cepat.
Kendati demikian, Ngawi tidak menawarkan insentif pajak daerah apapun. Pemkab hanya menjanjikan kemudahan perizinan tanpa biaya di bawah perizinan terpadu satu pintu (PTSP). Syaratnya, investor menyerap tenaga kerja lebih banyak dari warga setempat.
"Harapan saya (perbandingannya) 70:30. Tujuhpuluh itu karyawannya dari lokal, ber-KTP Ngawi. Kecuali hal-hal yang teknis, yang butuh keahlian, itu silakan (direkrut dari luar Ngawi)," tutur Budi.
Sejauh ini, industri yang berkembang di Ngawi didominasi oleh industri pengolahan kayu karena Kota Keripik merupakan sentra penghasil kayu jati.
Seperti diketahui, pelaku usaha di ring I (Surabaya, Sidoarjo, Gresik, Kabupaten Pasuruan, dan Mojokerto) berkali-kali mengungkapkan keinginan memindahkan pabrik ke kabupaten/kota yang UMK-nya lebih rendah.
Produsen peralatan elektronik dan rumah tangga Maspion sempat mengungkapkan akan merelokasi pabriknya di Mojokerto ke Ngawi. Sebagai perbandingan, upah minimum Mojokerto tahun ini Rp3,03 juta per bulan, sedangkan Ngawi hanya Rp1,33 juta per bulan.
Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Jatim pun melaporkan 10 dari 54 anggotanya telah merelokasi pabrik ke ring II, salah satunya Ngawi, tahun lalu.
Budi merupakan petahana yang kembali unggul dalam Pilkada Ngawi 2015 dengan perolehan suara 454.041 suara atau 87,6% dari total suara. Bersama pasangannya, Ony Anwar, dia akan memimpin Ngawi hingga 2021.