Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BANK DUNIA: Kerugian Perang Suriah US$35 Miliar

Dampak kehancuran ekonomi akibat perang di Suriah dan imbasnya ke negara sekitarnya mencapai US$35 miliar dan terus meningkat, kata Bank Dunia, Jumat (5/2/2016).
Kehancuran akibat perang saudara. /reuters
Kehancuran akibat perang saudara. /reuters

Bisnis.com, WASHINGTON -  Dampak kehancuran ekonomi akibat perang di Suriah dan imbasnya ke negara sekitarnya mencapai US$35 miliar  dan terus meningkat, kata Bank Dunia, Jumat (5/2/2016).

Perkiraan itu, yang termasuk dalam laporan catur wulanan Bank Dunia untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, disiarkan pada hari sama saat pemimpin dunia di London menjanjikan dana senilai lebih dari 10 miliar dolar AS hingga 2020 untuk membantu warga Suriah.

Menurut data PBB, 260.000 orang tewas dalam perang Suriah, yang sudah berlangsung lima tahun dan memaksa 4,6 juta orang meninggalkan negara itu.

Bank Dunia mengatakan, perang Suriah dan dampaknya pada Turki, Lebanon, Yordania, Irak dan Mesir menimbulkan kerugian diperkirakan mencapai 35 miliar dolar AS.

Laporan Bank Dunia itu menyebutkan bahwa angka tersebut, bila diukur dengan harga pada 2007, setara dengan PDB (produk domestik bruto) Suriah pada 2007.

"Arus masuk lebih dari 630.000 pengungsi Suriah membuat Yordania mengeluarkan biaya lebih dari 2,5 miliar dolar AS per tahun," kata laporan itu. Biaya itu merupakan enam persen dari PDB dan seperempat dari pendapatan tahunan pemerintah Yordania.

Laporan Bank Dunia juga menyebutkan bahwa semua negara tetangga Suriah menghadapi tekanan anggaran yang luar biasa" akibat konflik itu.

"Angka pengangguran tinggi di antara para pengungsi, terutama pada perempuan dan mereka yang bekerja di sektor informal tanpa perlindungan," kata Shanta Devarajan, kepala ekonom Bank Dunia untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

"Sekitar 92 persen dari pengungsi Suriah di Lebanon tidak memiliki kontrak kerja dan lebih dari setengah jumlah pengungsi bekerja secara musiman, mingguan atau harian dengan upah rendah," kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Martin Sihombing
Sumber : ANTARA/REUTERS/AFP
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper